Senin, 28 November 2011

.:: Eeniee Meeniiee ::. pt. 3

“papa… mama…?” Rendi heran. Bagaimana bisa dia bertemu dengan orang tuanya disini. orang tua yang sudah lama terpisah darinya. Ini bukan sinetron loh… bukan cerita tentang anak yang terbuang lalu ketemu lagi dengan orang tuanya. Bukan juga cerita anak yang tertukar en terpisah dari orang tuanya. (aku ngomong apa sih?? maklumi sajalah klo GJ. baru bangun tidur iniiiii… :p). Rendi bukan terpisah dari orang tuanya, tapi memang sengaja memisahkan diri. Sudah sejak 3 tahun terakhir, Rendi tak pernah en tak ingin bertemu dengan orang tuanya. Orang tuanya juga tak pernah mencoba mencarinya, hanya sebulan sekali papa atau mamanya telfon en mengabarkan kalo mereka baru saja mentransfer uang ke rekening Rendi. Sesuatu yang menurut Rendi tidak perlu karena tanpa uang merekapun, Rendi bisa menghidupi dirinya sendiri dari bisnis Distro yang dia bangun bersama dengan teman-teman kuliahnya.
 Rendi pergi bukan karena Rendi membenci orang tuanya. Begitu juga dengan papa en mama Rendi yang tak pernah mencoba mencarinya, bukan berarti mereka tidak peduli. Mereka mengerti, dengan Rendi yang terluka.
“Rendi?” panggil Sonia yang heran menyadari kekasihnya yang bengong. Rendi salah tingkah.
“umm… Sonia, ini… papa dan mamaku.” Kata Rendi canggung ketika menunjuk papa en mamanya.
“oh… selamat malam om, selamat malam tante,,” Sonia memberi salam pada kedua orang tua Rendi.
“pa,, ma,, ini Sonia. Pacar Rendi.” Rendi memperkenalkan kekasihnya. Pipi Sonia memerah. Dia malu tapi juga senang diperkenalkan seperti itu. papa en mama Rendi tampak terkejut mendengar pengakuan Rendi. Tapi mereka langsung menyembunyikan perasaannya karena merasa tidak enak hati pada Sonia yang tak tau apa-apa.
“malam Sonia. Saya papanya Rendi. Senang bertemu denganmu.” Kata om Rudi santai. Mencoba melupakan semuanya en menganggapnya tak pernah terjadi. Kita bahas ini nanti.
“hai Sonia, tante mamanya Rendi.”

***

      Aku menarik pandanganku dari Sonia yang bergabung dengan papa en mamaku, lalu kembali fokus pada pangeran berkuda besi yang ada dihadapanku.
      “ngomong-ngomong, bom dari lo lucu. Gue suka, gue pake deh. Tapi kok ga meledak yah?” aku menunjuk pita hadiah yang diberikan Izal tadi pagi.
      “klo yang pake cewek cantik kayak lo mah, ga bakalan ngefek. Bomnya juga sungkan meledak di depan lo. Tapi coba kalo yang pake itu gue, pasti langsung timbul ledakan, ledakan tawa dari orang-orang maksudnya. Hahaha…” Izal nglantur. Aku tertawa. Izal lucu banget siihh…
      “hey sayang… selamat ulang tahun yah…” Sonia memelukku, lalu aku cipika cipiki dengannya.
      “makasihhh…” jawabku sambil tersenyum pada Sonia yang mala mini juga tampil tanpa kacamatanya, dia memakai kontak lens berwarna biru. Malah kelihatan kayak anak kucing menurutku.
      “loh kok sendirian? Kak Rendinya mana?” tanyaku heran melihat Sonia yang datang sendiri.
      “oh, Rendi. tuh… lagi ngobrol sama kak theoo. Tadi gue ajakin kesini dia ga mau. Katanya masih pengen kangen-kangenan sama kakak lo.” Jelas Sonia. Aku manggut-manggut.
      “Rendi? Siapa tuh?” tanya Izal. Mendengar nama itu, Izal langsung teringat kakaknya. ‘pa mungkin yang mereka maksud itu kak Rendi? Jadi, kak Rendi disini? kok bisa?’
      “lo ga tau yah? kak Rendi itu pacarnya Sonia. Tuh orangnya.” aku menunjuk kea rah Gazebo di sudut taman. Disana ada kak Rendi en kak theoo yang lagi asik ngobrol. Layaknya orang tua kita yang sahabatan, kak theoo en kak Rendi juga uda temenan sejak kecil, kak theoo pernah cerita soal dia en kak Rendi yang sering main bareng klo ortu kita lagi ketemuan. Klo soal aku en Izal, seperti yang dibilang om Rudi tadi, terakhir ketemu usiaku masih 1 tahun, jadi sekalipun aku udah pernah ketemu Izal sebelumnya, aku ga akan pernah inget. kalo aja waktu itu aku ga ikut papa en mama pindah ke aussy, pasti aku bisa dapetin Izal lebih awal. tapi faktanya, aku ikut pindah ke aussy en baru balik ke Indonesia waktu mo masuk SMP, makanya sekarang aku masi merangkak pada sebuah labirin di hati Izal yang ga jelas ujungnya.
      Izal mengarahkan pandangannya ke tempat yang di tunjuk Sofi. Dan benar saja. Dia melihat sosok yang tak asing baginya. ‘benar. Dia kak Rendi’
      “lo udah liat belum? itu,,, yang pake kemeja sama jas item. Yang duduknya sebelah kanan.” Jelasku lagi. Izal bengong terus sih.
      “iya. iya… gue uda tau…” secara dia kakak gue. uda 15 tahun idup bareng, pasti tau lah, meskipun uda 3 tahun ga ketemu. “… kalo yang pake kemeja item, duduk sebelah kiri itu mah,,, gue uda apal banget kalo dia kaka lo” lanjut Izal meledek.
      “yee… kirain. Lo bengong mulu sih. gue pikir lo belom tau. niat gue baik, malah diledekin. Males ah.” Aku cemberut. Izal nyengir.
      “udah,,, udah,,, lagi asik pesta gini kok malah berantem sih?! kan ga seru.” Sonia menengahi. “eh, Sof. Ini hadiah dari gue.” Sonia mengeluarkan kotak kecil berwarna coklat dengan pita berwarna emas dari handbagnya.
      “oh, ya. ini, gue juga punya bom tambahan buat lo. Udah, ga usah cemberut lagi. tu bibir sama idung jadi sama-sama mancungnya tuh.” Izal tertawa lalu ikut-ikutan mengeluarkan sesuatu dari handbagnya, eh salah, jasnya maksudnya. Hoho.
      “eh? kok lagi? tadi kan udah.” tanyaku keheranan. Jadi lupa deh kalo aku lagi cemberut sama Izal.
      “yang ini bonus.” Jawabnya singkat, lagi-lagi dia memamerkan senyum itu.
      “ok. tengkyu deh kalo gitu. Tapi ga perlu nyengir gitu juga kali. Jelek tauk. Kayak kuda.” Ledekku. Berharap Izal ga ngeluarin senyum itu lagi. aku tau ini lebay, tapi, klo sekali lagi aku liat senyumnya dia yang kayak tadi itu tuh, aku bisa beneran pinsan. Aku serius.
      “ye,,, gue tu tadi senyum tauk, bukan nyengir. Senyum begini nih…”
      “eeehh… udah… udah… kasian tu gigi lo, bisa masuk angin klo lo pamerin terus. Lagian, lo senyum mulu, klo gue OD gara-gara liat senyum lo gimana coba.” Ups, nah loh. keceplosan lgi. Uuugghhh… Aku salting.
      “hahaha… palingan juga efeknya lo jatuh cinta sama gue. Tenang aja, gue pasti tanggung jawab kok, klo sampek lo OD gara-gara liat senyum gue, gue pacarin lo.”
Deg. Jantungku terasa berhenti berdetak ketika mendengar kalimat itu. tanpa aku sadari, Sonia melengos kesal.

***

“Rendi,, sebaiknya kamu pulang ke rumah. Mau sampai kapan kamu tinggal di luar?” pinta papa.
      “sampai Izal keluar dari rumah itu.” jawab Rendi dingin. Sambil memandang kea rah Izal yang sedang asik ngobrol bersama Sofi dan Sonia.
      “mama mengerti perasaan kamu sayang. kamu mungkin sedih dan marah. Tapi kamu ga bisa terus-terusan membenci Izal karna masalah ini. ini semua sudah takdir tuhan sayang. Itu kecelakaan. Izal juga ga ingin itu terjadi. Mama juga tau dia sangat menyesal dengan kejadian itu. pulanglah sayang. mama kangen sama kamu.” Bujuk mama. Matanya mulai berkaca-kaca.
      “takdir itu ga akan terjadi kalo izal lebih becus jagain Resti.” Rendi keras kepala.
      “Rendi, kalo kamu terus bersikap seperti ini, Resti tidak akan tenang disana. Kamu harus terima kenyataan ini. mungkin menurut kamu Izal salah. Tapi terus-terusan menyalahkan Izal itu juga tidak akan menyelesaikan masalah dan mengembalikan hidup Resti. Bukankah sekarang kamu sudah bersama Sonia? Rendi, kamu anak papa dan mama. kamu mungkin membenci Izal, tapi dia itu adikmu. Kita satu keluarga. Tidak sepantasnya kita hidup terpisah seperti ini.” kata papa sambil mengelus punggung Rendi.
      “iya sayang. mama kangen sama kebersamaan kita dulu. mama kangen sama anak mama yang ceria yang selalu buat mama ketawa. Mama kesepian ga ada kamu. Sudahlah, kamu lupakan saja masa lalu…”
      “papa sama mama ga ngerti.!! Ga semudah itu ngelupain Resti pa, ma. Ga bisa semudah itu meskipun udah ada Sonia.. en ga semudah itu maafin Izal. meskipun dia adikku, tapi dia udah ngelakuin kesalahan besar pa, ma. Dia udah bunuh Resti, orang yang sangat Rendi sayang. en itu ga bisa dimaafkan.!!” Suara Rendi mulai meninggi. Untung saja musik yang sedang dimainkan oleh band yang sengaja diundang untuk meramaikan pesta lebih keras. Sehingga ga ada yang bisa denger suara Rendi selain papa dan mamanya. Rendi menatap kedua orang tuanya yang juga menatapnya dengan sedih dan kecewa. Rendi tau, papa dan mama sangat merindukannya. Rendi juga rindu pada mereka. tapi terlalu menyakitkan jika dia harus kembali. Melihat Izal di rumah hanya akan membuatnya emosi dan kembali teringat pada masa lalunya yang menyakitkan.
      “maafin Rendi pa, ma. Untuk sementara ini, Rendi belum siap pulang ke  rumah. Mungkin suatu saat nanti Rendi akan pulang. Tapi ga untuk sekarang. Sekali lagi maafin Rendi pa, ma.” Rendi memelankan suaranya. Lalu mencium tangan kedua orang tuanya sebelum Rendi pergi meninggalkan mereka.
      ***
      Aku, Izal en Sonia sedang menikmati pesta. Band yang jadi bintang tamu malem ini itu, personilnya temen-temen kak theoo semua lhoo. Nama Bandnya ‘Dalmantians’ uda popular banget di kalangan anak-anak remaja Jakarta. Ga heran sih. selain lagunya keren-keren, personilnya juga cakep-cakep. Putih-putih, matanya sipit. Kayak orang korea. Hahaha.
      “hey…”
      “ups… sorry.”
      Mendengar keributan di sampingku, Aku yang lagi ngamatin setiap inci wajah ganteng si vokalis, langsung mengalihkan perhatianku en melirik Sonia yang lagi sibuk membersihkan kaus Izal yang basah dengan tissue di tangannya.
      “duh,, izal… sorry banget yah, gue ga sengaja. Tadi ada yang nabrak gue dari belakang. Sorry ya zal…” kata Sonia, sambil terus mencoba membersihkan kaus Izal yang terkena tumpahan orange juice dari gelas Sonia.
      “ada apaan sih?” tanyaku penasaran melihat adegan di hadapanku ini.
      “ini, Sonia ga sengaja numpahin minumannya ke baju gue.” Jelas Izal, yang juga membersihkan kausnya yang sekarang seperti terbentuk pulau berwarna orange di dadanya. “udah, gue ga papa kok. Biar gue bersihin sendiri aja. Sof, kamar mandi sebelah mana?”
      “um,,, itu. lo masuk aja, terus belok kiri.” Aku menunjuk ke dalam rumah. Izal mengangguk lalu pergi.

***

      Rendi membasuh wajahnya. Pembicaraannya dengan papa dan mama, membuatnya kembali teringat pada masa lalu. Dia terluka. Dia sedih. Dia kehilangan.
      Izal masih mencoba membersihkan kausnya. Warna orangenya malah semakin melebar.
      “haduh,, malah tambah kotor begini.” Keluh Izal. Dia sudah menemukan kamar mandinya. Srek. Pintu kamar mandi bergeser terbuka, Izal mendongak dan melihat sosok Rendi dari dalam kamar mandi itu.
      “kak…” panggil Izal lirih. Sejenak dia terhenti dari aktifitas bersih-bersihnya. Izal memandang lekat sosok dihadapannya. Sosok yang di panggilnya kakak. sosok yang sudah 3 tahun ini sangat membencinya, dan selama itu juga membuatnya merasa bersalah.
      Rendi mambalas tatapan Izal dengan dingin dan penuh kebencian. Dulu, Izal memang adiknya. Tapi sekarang, baginya, Izal tak lebih dari seorang pembunuh.
      “gue bukan kakak lo.” Kata Rendi dingin sambil berlalu menjauh dari izal. Sebenarnya Izal ingin berlari mengejar Rendi. Tapi, mungkin akan lebih baik klo dia diem di tempat seperti ini. daripada nanti pesta Sofi jadi hancur gara-gara ulanhnya en Rendi yang pasti bakalan berantem karena kesalahan di masa lalunya, yang sebenarnya sih, bukan sepenuhnya salah dia.

      ***

      Rendi kembali ke apartemennya. Melemparkan kunci mobil, dompet, en jasnya asal-asalan. Lalu merebahkan dirinya di sofa.
      “…Rendi,, aku takut. Aku ga berani.” Teriak Resti pada kekasihnya yang sudah ada di sebrang sungai. Rendi memang sengaja menyebrang lebih dulu. dia ingin membuktikan pada Resti kalo sungainya aman-aman saja, dan setelah berhasil menyebrangi sungai ini nanti, dia akan segera sampai di danau yang menjadi tujuan navigasinya hari ini.
      “kamu tenang aja. Batunya ga licin kok. Aku aja bisa. Berarti kamu juga bisa. Katanya kamu pengen liat danau itu terus make a wish buat hubungan kita.” Teriak Rendi menyemangati kekasihnya.
      “tapi sungainya serem… cari jalan lain aja deh…” Resti masih ketakutan memandang sungai yang berarus deras dengan batu-batuan terjal.
      “ga ada jalan lain. kata warga ini jalan satu-satunya. Kamu tenang aja. Izal bakal bantuin kamu.” Rendi menunjuk Izal.
      “iya kak. Kak Resti tenang aja. Percaya deh sama aku. sini, aku pegang tangan kakak. nanti kita nyebrang sama-sama.” Izal mengulurkan tangannya. Resti terdiam sejenak. Dia menatap Rendi yang mengangkat tangannya memberinya semangat, lalu ganti memandang Izal, yang penuh keyakinan akan membantunya. Akhirnya, dengan sedikit ragu, Resti meraih tangan Izal en menggenggamnya. Izal tersenyum.
      “ok. siap ya kak. Kita jalan sama-sama. Tapi Pelan-pelan aja. Kakak percaya sama aku kan?”
      Resti mengangguk mendengar perkataan Izal. Mereka mulai melompati batu satu persatu.
      “bagus Resti sayang. kamu bisa. Kamu uda berhasil. Kamu jangan liat ke bawah. Jangan liat sungainya. Kamu liat aku aja. Liat aku…” teriak Rendi dari sebrang. Resti tersenyum kecil. Kepercayaan dirinya mulai muncul. Keinginannya bersama Rendi lebih besar daripada ketakutannya.
      Batu pertama, kedua, ketiga, berhasil mereka lewati. Tapi begitu tiba di tengah sungai, Resti kembali ketakutan. Menyadari dirinya berada di atas batu di tengah aliran deras sungai, membuat dirinya nerves.
      “izal,, aku takut.” Bisiknya pelan.
      “kakak tenang aja. Aku ada disini. kita hampir sampai kak. Sedikit lagi.” Izal mempererat genggamannya. Resti malah semakin nerves, tangannya mulai berkeringat.
      “Resti,, kamu hampir sampai. Semangat.!!”
      “Rendi aku takut…” teriak Resti.
      “kamu jangan takut. Kamu liat aku aja. Jangan liat sungai. Kamu hampir berhasil. Dikit lagi. 5 langkah lagi. kamu pasti bisa.” Kak Rendi terus menyemangati.
      “kak, kakak percaya sama aku kan? kakak percaya sama kak Rendi kan?” bisik Izal. Resti mengangguk.
      “kita hampir berhasil kak. Dikit lagi. liat, kak Rendi uda nunggu kakak di sana. Jangan sampek kakak ngecawain dia.”
      “tapi aku takut zal. kamu liat deh, kita ada di tengah-tengah sungai yang arusnya deres banget. aku ngeri.”
      “aduh,,, kakak jangan liat sungainya. Um… anggep aja ini bukan sungai. Aggep aja, kita ini lagi main benteng takeshi. Anggep aja ini Cuma kolam ikan. Gimana? Kakak siap?” izal menatap Resti lekat seolah-olah meyakinkan gadis yang sangat disayangi kakaknya itu. perlahan Resti mengangguk. Izal tersenyum.
      “ok. kita mulai lagi ya kak. Pelan-pelan aja. Jangan liat ke bawah.” Bisik Izal. Resti sudah hampir melangkah, tapi ketakutan kembali menguasai dirinya. Membuatnya kehilangan keseimbangan. Tangannya yang berkeringan en licin membuat Izal tak mampu menahannya. Resti tergelincir ke sungai.
      “Kak Resti…!!”
      “Restiiii…!!!!”
      Rendi membuka matanya. badannya berkeringat dingin. Ternyata tadi dia ketiduran dan memimpikan masa lalunya. Masa lalu yang membuatnya begitu membenci Izal. Masa lalu yang memaksanya untuk pergi meninggalkan rumah karena tak ingin tinggal satu atap bersama seorang adik yang dianggapnya sebagai pembunuh.
      “AAAARRRRGGGGGGHHHH… Brengsek lo Izal.!! PEMBUNUH..!!!”
‘PRANG’. Rendi melemparkan bantal sofanya, menimpa gelas di atas meja yang langsung jatuh-pecah di lantai.

***

      Papa memarkir mobilnya di garasi. Melepas sabuk pengamannya, lalu turun dari mobil diikuti oleh mama dan Izal.
      “pa… ma…” panggil Izal. Mengehentikan langkah papa dan mamanya.
papa en mamanya menatapnya. ‘apa?’ kata itulah yang tersirat dari raut wajah lelah mereka.
      “tadi kak Rendi…”
      “papa tau. tadi papa sudah bicara dengannya.” Sahut papa memotong kalimat Izal.
      “maafin Izal yah pa. ini gara-gara Izal. Kalo aja Izal bisa jagain kak Resti.” Kata Izal pelan.
      “sudahlah sayang. itu bukan salah kamu. Kenyataan ini terlalu berat untuk kakakmu. Dia butuh waktu untuk menerimanya. Sekarang, kamu istirahat yah. besok kamu masih sekolah kan?!” mama membelai rembut rambut Izal. Izal tersenyum lalu menaiki tangga, menuju kamarnya di lantai dua.

***

      “pak udin, hari ini aku ada IB. jadi jemput aku jam 4 yah.” pesanku sebelum turun dari mobil. Hari ulang tahunku telah berakhir. Aku kembali menjalani hariku seperti biasanya. papa en mama uda kembali ke aussy bahkan sebelum aku kembali dari pulau mimpiku. Katanya ada meeting sama client jam 10 nanti, makanya berangkat pagi-pagi banget. soal mobil sportku,,, aku dengan senang hati memberikannya pada kak theoo. Untuk anak SMA seukuranku, Menurutku mobil itu terlalu glamor. Bukannya keren, malah malu-maluin. Mungkin itu lebih cocok buat anak kuliahan kayak kak theoo.
      “kamu emang dede kakak yang paling cantik, baik, en imuuuuttttt sedunia. Makasih ya dede,,, buat mobilnya. Mmuuuaacchh.” Kak theo mengelus, mencubit, en mencium pipiku, setelah menerima kunci mobil sport dariku.
      “ga usah segitunya kali kak. Tanpa ngasih mobil sport ke kakak juga, aku uda jadi adek yang paling cantik, baik, en imut. Haha…”
      Aku teringat kembali ekspresi kak theoo tadi pagi. Hari ini kak theoo juga kembali ke Jakarta. Dia ga bisa bolos lama-lama, banyak tugas katanya. Hem,,, sepi lagi deh di rumah. Lagi-lagi tinggal aku, mang udin, pak ujang, en mbok nah. Tapi ga papa lah. Udah biasa.
      Aku melirik jam tangan hadiah ualng tahun dari kak Rendi en Sonia. Jam menunjukkan pukul 06:55 am. 5 menit lagi bel masuk. Tapi kursinya Sonia masih kosong. Tumben banget dia belum berangkat. Biasanya selama ini sellau dia yang berangkat duluan.
      Drrrtttt… ddrrrrtttt… hp blackbocor ku bergetar di saku kemejaku. Title kontak bertuliskan ‘Sonia PRestika’ berkedip-kedip di layar hp ku yang lebar.
      “halo,, Sonia.! Lo dimana? Udah mo bel masuk nih?”
      “aduh… lo pasti nungguin gue ya? sorry banget yah sof. Hari ini gue ga masuk. Gue ga enak badan. Lo bilangin ke pengabsennya yah.” terdengar suara Sonia dari sebrang sana.
      “oh. Gitu. Ya uda deh. Lo istirahat aja. Cepet sembuh yah.” pip. Aku mengakhiri percakapanku dengan Sonia. Dia sakit? sakit apa? Perasaan kemarin malem sehat-sehat aja.

***

      Sonia melemparkan hp-nya yang memantul diatas springbed-nya. Lalu menarik selimut tebalnya hingga mebutupi seluruh tubuhnya.
      Tok… tok… tok… terdengar ketukan pintu dari luar.
      “Sonia… buka pintunya sayang. kamu sarapan dulu gih. Nanti kamu sakit loh. Ini bunda uda bawain roti bakar kesukaan kamu.” Kata bunda dari balik pintu.
      “Sonia ga laper bunda… Sonia ga mau makan.” Jawab Sonia dari bawah selimutnya.
Bunda menarik nafas panjang. Lalu mengisyaratkan pada mbok ratih untuk membawa kembali sarapan Sonia.
      “lho, bunda? kok di bawa lagi sarapannya?” tanya ayah heran.
      “Sonia ga mau makan ayah.” Bunda kembali ke meja makan lalu mengoleskan selai nanas di atas roti bakar untuk sarapan ayah.
      “dia ngambek lagi?” tanya ayah dari balik korannya. “kali ini dia minta apa lagi?”
      “kemarin malam sonia bilang kalau dia minta mobil.” Jelas bunda singkat. Ayah menarik nafas panjang, lalu melipat korannya.
      “anak itu. makin lama mintanya makin jadi. Ya sudahlah. Kita bahas lagi masalah ini nanti. Bunda bilang aja sama Sonia, nanti malam pergi ke showroom, suruh dia pilih mobil mana yang dia mau.” Jawab ayah santai.
      “Tapi ayah…”
      “sudahlah bunda… Sonia itu anak kita satu-satunya. Selagi kita mampu, kita turuti saja apa maunya dia. daripada dia terus-terusan ngambek dan mogok makan, kalo dia sakit kita juga kan yang repot.” Ayah memotong pembicaraan bunda.
      Dikamarnya…
      Sonia hanya tiduran saja di kamarnya. Dia ga akan pernah keluar kamar sebelum ayah dan bundanya memberikan apa yang dia inginkan.
      ‘nomor yang anda tuju, sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan, silakan…’ pip. Sonia mematikan telfonnya.
      “huh… kemana sih ni orang? Ga tau ceweknya lagi BT apa?!” gerutu Sonia. Dia memandang fotonya dengan dengan seorang gadis cantik yang dia jadikan wallpaper hp-nya.
      Kecantikannya sempurna dan alami. Kulitnya putih bersih. Rambutnya terurai sebahu en lurus alami. Matanya bulat en bening seperti mata bayi. Hidungnya mancung en pipinya sedikit chubi. Foto itu diambil saat pesta kostum di acara ultahnya Maya. cewek itu memakai kostum malaikat, lengkap dengan bando en sayapnya, sedangkan Sonia memakai gaun merah marun selutut dengan bando berbentuk tanduk Iblis.
      “h’h, lo emang pantes banget jadi malaikat. En gue iblisnya.” Kata Sonia sinis sambil memandang gadis yang selama ini dia sebut sahabat.
      “lo emang sempurna. lo bisa lebih cantik dari gue meskipun lo ga pernah keluarin biaya sedikitpun buat ke salon. Lo bisa dapetin apapun yang lo mau, tanpa harus ngambek en mogok makan dulu kayak yang gue lakuin. Lo bisa dapetin segalanya dengan mudah karena lo sempurna. lo rebut prestasi gue, lo rebut semua perhatian cowok-cowok itu dari gue. Sahabat? Mereka bilang kita sahabat. Segitu sempurnanya ya topeng persahabatan yang kita pake, sampe-sampe mereka ga tau borok apa yang selama ini kita sembunyiin? Lo terlalu sempurna buat jadi sahabat gue. En gue benci sama lo.”
      Picture-option-DEL. Sonia menghapus foto itu dari hp-nya.
      “tapi,,, gue bakalan tetep bertahan dibalik topeng ini. mungkin suatu saat nanti topeng yang gue pake ini bakal berguna. Iya kan? Sofia Pervita Somba. Sahabatku tersayang.?” Sonia tersenyum sinis.
      ‘tok… tok… tok…’ lagi lagi terdengar ketukan pintu dari luar. Sonia diam.
      “Sonia sayang… ayah, sama bunda berangkat dulu yah. kata bunda, kamu pengen mobil ya? ok. nanti malam kita pergi ke showroom. Kamu boleh pilih mobil apapun yang kamu suka.” Kata ayah dari balik pintu. Mata Sonia membulat mendengar kalimat ayahnya. ‘yes…!’ Sonia tersenyum puas.

***
to be continue...

Tentang Saya ^^


Aku sangat suka menulis. Aku ga tau kenapa en sejak kapan aku menyukainya. menulis sudah menjadi bagian hidupku. Bagiku, menulis itu seperti sabu-sabu. Layaknya sang pecandu yang sakau karena kehabisan sabu, aku juga suka pusing sendiri klo pengen nulis, tapi lagi ga ada inspirasi. Yea,, begitulah keadaannya.
      Bagiku,, menulis bukan hanya sekedar duduk di depan laptop lalu membiarkan jari kita menari di atas keyboard. bukan jari atau tinta yang kita gunakan untuk menulis. Tapi, hati dan imajinasi. Saat kita menulis, kita tidak hanya mencerigaan apa yang kita ingin cerigaan. Tapi kita juga ikut merasakan apa yang sedang kita cerigaan.
      Bagiku,, menulis juga bukan sekedar bercerita. Cerita itu hanya bentuknya saja. Tapi sesungguhnya Menulis itu adalah bentuk dari sebuah ungkapan. Menulis itu mengungkapkan tentang apa yang kita inginkan. Tentang apa yang kita gautkan. Tentang apa yang membuat kita bahagia. Tentang apa yang terjadi pada kita. Tentang kamu, dan tentangku. Tentang semuanya. Bahkan tentang hayalan yang ga mungkin jadi nyata :D
      Menulis itu indah. menulis bisa mencipgaan karakter baru yang ga mungkin ku temui di dunia nyata. Menulis juga bisa merubah karakter seseorang yang ga mungkin ku lakukan di dunia nyata. Dengan menulis, aku bisa mendapatkan apa yang ga mungkin ku dapatkan, tanpa ada orang yang protes, tanpa ada orang yang menuntut ini dan itu. dengan menulis aku bisa mencipgaan sendiri hidupku, memilih sendiri jalan hidup yang kuinginkan. Dan menentukan sendiri konflik yang akan kutemui dalam mencari kebahagiaan. kadang, aku sampe sulit membedakan antara yang nyata en imajinasi. Bahkan, aku sempat melupakan pacarku yang nyata hanya karena aku jatuh cinta pada tokoh fiksi yang ku tulis sendiri. Haha. Lucu kan. tapi itulah nikmatnya menulis. :D
      Menulis jangan digunakan untuk memburu materi. Menulis juga jangan digunakan untuk menjatuhkan seseorang. Jangan juga menjadikan menulis sebagai alat untuk mencari popularitas. Itu salah. Salah BESAR. Ada yang bilang menulis itu bakat. Tapi itu juga ga menjanjikan. Bakat mungkin berpengaruh, tapi Bakat tidak menjadi faktor dominan untuk menentukan bagus atau tidaknya tulisan yang kita buat. Kalo kita diwarisi bakat menulis dari kakek, nenek, abah, emak, engkong, enyak, babe, encang, encing, om, tante, ato siapa sajalah,, tapi kita ga pernah nulis, sama aja bo’ong kan. beda sama orang yang mungkin ga punya bakat, tapi dia rajin mengembangkan imajinasinya. Perlahan tapi pasti, aku yakin orang seperti itu akan mampu menghasilkan karya yang fantastic. So,, sebodo amat sama yang namanya bakat, ya gak?! Menulislah karena kamu suka menulis. Menulislah karena menulis itu adalah hoby mu. Menulislah karena kamu punya imajinasi yang berlimpah. Menulislah karena kamu memiliki sesuatu yang ingin kamu ungkapkan dengan kata-kata dan cerita yang indah. seperti itulah yang di sebut penulis sejati.

Minggu, 27 November 2011

.:: Eeniee Meeniiee ::. pt 2

“Sofi… Izal…!!” teriakan seseorang yang memanggilku mengayadarkanku yang ‘lagi-lagi’ melamun dihadapan Izal.
      Aku melihat sosok gadis dari ujung koridor melambaikan tangannya padaku lalu berlari  kecil ke arahku. Gadis itu gak asing bagiku. Rambutnya panjang terurai sampai pinggang, badannya mungil, wajangnya cantik mirip sama artis cilik yang main sebagai Luna ato biasa di panggil ‘Peri Cantik’ sama Farel di film heart series itu lhoo… tau kan? Cuma bedannya, cewek dihadapanku ini berkacamata. frame kacamatanya yang berwarna putih, terlihat sangat cocok dengan kulit wajanhnya yang bersih. Dia Sonia. Sahabatku, waktu aku masih duduk di bangku SMP, en sampe saat ini dia juga masih jadi sahabatku, setidaknya… sebelum aku tau tentang apa yang dilakukannya dibelakangku. Ah sudahlah. Ga perlu aku certain sekarang. Toh, nanti juga kalian tau sendiri. Sekarang sih, kita bahas aja pesta sweet 17 yang bakal digelar di rumahku nanti malam. Cekidot. :p
      “sof, nanti malem jadi pesta di rumah lo kan?” tanya Sonia yang sukses bergabung denganku en Izal.
      “ya jadi dong. Tadi waktu gue berangkat sekolah, dekorasinya juga uda pada dateng.”
      “bagus dong kalo gitu. Eh, zal. nanti lo dateng ke pestanya Sofi kan? dateng yah,,, pokonya lo harus dateng.” Paksa Sonia rada-rada manja gitu deh. Ih, apa-apaan sih ni anak.
      “Iya,, gue pasti dateng kok.” Jawab Izal singkat.
      “idih,, emang gue ngundang lo?” aku melirik Izal sok sinis.
      “lhoo… sofi… kok lo gitu sih?!” protes Sonia.
      “gue mah, lo undang ato pun engga, gue bakalan tetep dateng.” Timpal Izal santai.
      “dasar lo. Iya deh, nanti lo dateng yah ke pesta gue. Undangannya uda gue kirim tadi. Ok.!!” aku tersenyum. Izal,, izal,, mana mungkin aku ga sosok cowok yang berharga banget dalam hidupku ni. Pesta 7 hari 7 malem pun ga ada gunanya klo ga ada kamu disana.
      “Faizal Saputra.!!”
      Kami mendengar suara yang memanggil nama Izal di tengah senda gurau kami. Suara rendah en menggelegar, suara yang familiar di telinga kami. En bener aja, sosok guru laki-laki setengah baya, badannya tinggi besar dengan kumis tebal membuatnya terkesan sangar berdiri beberapa langkah di depan kami. Izal nyengir memandang sosok itu.
      “cepat kancingkan seragam kamu, lalu bayar fidyah 50 kali.” Tergasnya.
      “yah, kong… kemarin kan udah.” Tolah Izal, pada guru bahasa Indonesia sekaligus tim tatib yang biasa di panggil mbah kong itu.
      “kemarin saya juga sudah ingatkan kamu, tapi hari ini kamu malah ulangi lagi, jadi sekarang kamu juga harus bayar fidyah lagi. ayo cepat… yea hitung-hitung oalh raga pagi.” Kata mbah kong setengah menggoda, tapi membuat Izal tak mampu menolaknya. Disitulah letak pesona mbah kong, meskipun pembawaannya rilex, tapi anak-anak ga pernah bisa menghindar dari hukumannya.
      Izal mendengus kesal, sambil memasang tampang manyun Izal langsung ambil posisi push up en membayar fidyah berupa push up sebanyak 50 kali. Hem… Izal… Izal… kamu masih aja keliatan manis, meskipun tampang kamu manyum begitu. Aku senyum senyum sendiri sambil memperhatikan Izal.
      “yee… cewek-cewek ini, bukannya bantuin malah enak-enakan nonton, pake ngetawain segala lagi. padahal kan yang nikamtin indahnya dada bidang gue kalian juga.” gerutu Izal yang mulai berkeringat.
      “idih, enak aja. Siapa suruh di pamerin gitu. Klo kit amah, asik-asik aja di suguhin pemandangan gitu.” Goda Sonia. Izal tambah manyun sementara mbah kong masih menghitung hutang fidyah Izal yang baru terbayar 20 kali.
      “haha,, tuh manyun tambah panjang aja, lama-lama bisa buat gantiin tangan kamu tuh buat jagangin badan. Haha”
      “iya deh, lo sabar ya zal. kita bantuin kok… bantu pake doa maksudnya, hehe. Sonia, gue mo doa buat Izal nih, lo bantu bilang ‘amin’ yah!” ledekku. Sonia mengangguk lalu mengangkat tangannya seperti orang sedang berdoa sambil tertawa geli. Izal mendelik kesal padaku en Sonia. Sereeemmm… aku en Sonia langsung kabur en meninggalkan Izal yang masih membayar Fidyahnya. Kurang 10 kali lagi, pasti bentar lagi dia bakalan nyusul dengan muka angkernya yang siap bales dendam. Aku en Sonia langsung mempercepat langkah kami, waktu lagi jalan, aku liat ada mesin minuman di depan ruang ganti. Aku langsung inget Izal waktu liat mesin minuman itu. bukan karena wajah Izal yang mirip mesin minuman lho ya… tapi… Izal pasti capek nanget sehabis push up tadi. Aku berhenti di depan mesin minuman en langsung memegang handle pintunya. Aku terkejut ketika Sonia juga melakukan hal yang sama bahkan dia lebih cepat meraih handle pintu mesin itu. Aku en Sonia saling pandang keheranan. Tapi dia keliatan lebih heran. Aku nyengir lebar padanya, tanpa curiga en dengan polosnya aku malah mikir klo kita sehati.
      “lo mo beli minuman juga?” tanya Sonia.
      “um… iya. kerongkongan gue kering gara-gara ngetawain Izal terus.” Jawabku ngasal. Sonia manggut-manggut sambil meneliti satu per satu Isi mesin minuman itu. dia terlihat seperti sedang menebak-nebak en memilihkan sesuatu utuk seseorang.
      “mungkin ini.” gumamnya lirih sambil mengambil kaleng pocari sweat. Tumben banget Sonia beli pocari, bukannya dia selalu beli Pulpy orange? Dia kan nyandu banget sama minuman itu. pa bener itu buat orang lain.? jangan-jangan itu… ah, kali aja seleranya berubah. Aku menepis nething yang nyaris menguasai fikiranku.
      “lo mo minum apa? Gue ambilin sekalian yah?” Tanya Sonia. Ekspresinya polos en tulus. Ga ada tanda-tanda dia pura-pura ato lagi nyembunyiin sesuatu. Sonia emang ga tau klo aku suka sama Izal, en aku juga emang ga pernah ngasih tau dia. tapi aku tau dia ga akan ngambil Izal dariku. Tapi, aku yakim Sonia bukan orang seperti itu. lagian, Sonia uda punya pacar. Jadi ga mungkin dia suka sama Izal. Pikirku sok meyakinkan, padahal sebenernya itu adalah keyakinan terbodoh yang pernah aku miliki. Shit. Munafik.
      “apa ajalah.” Jawabku singkat. Sonia mengambilkan botol country choice rasa mangga lalu menyerahkannya padaku. Dia tau aku suka minuman itu. sungguh sabat yang baik (nada sinis). Setelah memasukkan selembar uang sepuluh ribuan ke dalam box yang ada di samping mesin minuman, kami melanjutkan langkah menuju kelas.
      “hey.!!” Seorang cowok yang beberapa menit lalu kamu tinggalkan kini kembali sukses bergabung bersama kami sambil mencolek pipiku en Sonia.
      “eh, Sonia. Kok rasanya kayak ada yang nyolek pipi gue yah? gue jadi merinding nih..” kataku yang pura-pura tidak melihat Izal.
      “Iya sof, tadi gue juga ngerasa gitu. Idih,, serem deh. Jangan-jangan koridor ini ada hantunya lagi. lari aja yuk…” Sonia ikut berpura-pura. Aku mengangguk en siap-siap buat lari. Tapi…
      “eh… eh… eh… ni cewek dua nyebelin banget sih?!! hobi banget ninggalin gue sendirian.” Gerutu Izal sambil menarik tas kami.
      “kita tu alergi sama lo. Kalo deket-deket lo, bawaannya gatel-gatel mulu tauk.” Aku sok jutek. Sonia mengangguk mengiyakan.
      “alah,, bilang aja lo berdua takut jatuh cinta sama gue, iya kan…” Goda Izal sambil menaik turunkan alisnya. Malah keliatan omes.
      Deg. Aku en Sonia membisu. Ah,, Izal. Bercandanya ngena banget sih. jadi salting kan gue. Huh… hatiku meracau.
      “Ih, alis lo kenapa naik turun begitu? Omes tauk..!!” aku mendorong Izal yang sama sekali ga ngefek dengan doronganku. Izal nyengir.
      “eh, Izal. Lo pasti aus kan. ini tadi gue beli minuman dingin. Buat lo aja.” Sonia menyodorkan pocari sweat yang baru saja dibelinya pada Izal. Sonia juga keliatan salting. Loh kok dia salting?? Minumannya,, beneran sengaja buat Izal yah?? loh kok gitu?? Batinku protes.
      “wah,, pasti seger nih. tapi, kayaknya punya’nya Sofi lebih seger deh. Gue juga lagi ngidam nih, pengen sari-sari mangga gitu.” Izal mengembalikan pocari milik Sonia en langsung ngambil botol country choice dari tanganku tanpa mikir klo kelakuannya itu mungkin menyinggung perasaannya Sonia.
Aku bengong. Perasaanku dilemma. Antara ngerasa seneng karena Izal memilih minumanku yang emang sengaja ku belikan untuknya, atau ngerasa ga enak hati karena Izal nolak minuman dari Sonia en lebih milih minumanku.? Ah bodo ah… lagian, siapa suruh dia beliin minuman buat Izal? En kenapa juga dia harus lakuin itu? bikin penasaran aja.

***

      “Sonia, pulang bareng gue yuk. Anterin gue ke butik, ngambil baju buat pesta nanti.” ajakku pada Sonia sambil mengemasi buku-bukuku.
      “boleh. Kebetulan tadi pagi gue berangkat bareng bunda, jadi ga bawa motor. Kita nyalon sekalian yah… udah lama nih gue ga facial, kaku wajah gue rasanya.”
      “aduh,, facial kan lama nia, bisa jadi krupuk gue garing gara-gara kelamaan nunggu lo perawatan. Lagian, gue males lama-lama di salon, besok-besok aja yah, sama kak Rendi…” tolakku dengan menumbalkan kak Rendi sebagai kambing hitam yang malang. Huhu… maap ya kaka. ^^. Kak Rendi itu cowoknya Sonia. Dia ganteng lhoo. Wajahnya mirip Marcell Darwin. Ga kurang. Ga lebih. Makanya, gue berusaha menyangkal kecurigaan gue tentang Sonia yang naksir Izal, dengan argument Seorang Sonia yang ga mungkin ninggalin cowok secakep kak Rendi demi seorang Izal, yang sebenernya sih,,, gantengnya ga kalah dari kak Rendi. Mbulet yah? lupain! Tinggalin.!
      “sof, kok kita kesini? Hari ini lo bawa mobil?” tanya Sonia yang heran karena aku melangkahkan kakiku kea rah parkiran mobil yang letaknya berlawanan arah dengan parkiran motor. Aku mengangguk santai meng-iyakan pertanyaan Sonia.
      “eh,, Sof… Sof…!! Liat deh, mobil sportnya keren bangeett… punya siapa yah? baru liat pertama ini gue. Kayaknya baru deh.” Sonia riweh. Aku hanya tersenyum melihat kearah mobil sport warna hitam yang di tunjuk Sonia. Aku emang belum en ga berniat cerita ke dia soal mobil baruku itu. bukannya aku ga mau berbagi kebahagiaan, tapi aku ga tertarik buat nyeritain sesuatu yang menurutku lebih mirip pamer ketimbang berbagi. Tapi ngomong-ngomong, aku jadi malu sendiri liat mobilku di parkiran itu. keliatan aneh, mencolok gitu. Aku jadi risih litanya.
      ‘tulit… tulit’. Ceklek. Kunci mobil itu langsung terbuka ketika aku menekan remote controlnya. Sonia melongo menatapku. Aku nyengir.
      “looo…?”
      “sstttt… buruan masuk. Malu gue.!” Aku menyeret tangan Sonia yang menunjukku. En bukan Cuma Sonia yang menunjuk ke arahku. Anak-anak di parkiran yang sadar dengan keberadaanku en mobil mewah ini langsung berbisik, menunjuk, lalu geleng-geleng melihatnya. Haduh,, pemandangan kayak begini nih yang paling aku ga suka. Langsung aja deh Masuk ke dalam mobil, en bawa mobil ini jauh-jauh dari lingkungan sekolahku. Sumpah, ga lagi-lagi deh bawa ni mobil ke sekolah. Maluuu…
      “sof lo keren banget, dapet hadiah ultah mobil sport begini. Gue iri sama lo.” Kata Sonia yang kembali riweh ketika mendengarku yang akhirnya cerita tentang asal-usul hadirnya mobil ini.
      “apaan sih lo? Lo jangan iri sama gue. Gue ga suka kalo ada orang yang iri sama gue. Malu gue.”
      “kenapa mesti malu? Harusnya kan lo bangga. Lo bisa buat orang iri sama lo, berarti, lo lebih baik dari orang lain.”
      “ih,,, yang kayak begitu mah namanya sombong.” Tukasku.
      “eh sof, jalan-jalan dulu yah. mobil lo keren. Sayang kalo ga dipake jalan-jalan.” Rengek Sonia.
      “ga mau Sonia,,, dibilangin gue malu pake mobil ini. pengen cepet-cepet sampe rumah.”
      “ih, lo mah aneh. Pake mobil bagus malah malu.” Cibir Sonia yang tak mengerti.
      Aku emang begini. Aku ga suka memakai sesuatu yang menarik perhatian orang. Sesuatu yang glamor, yang mungkin membuat orang sungkan bergau denganku. Aku lebih suka tampil apa adanya.
      Aku parkir mobilku di depan butik baju langganan mama. Masuk butik, en ga sampe 5 menit uda keluar lagi. ngapain juga di dalem lama-lama, toh tinggal ngambil doang. aku masuk mobil lagi, en meletakkan tas berisi baju yang uda dipesankan mama untuk pesta nanti malam di bawah dashboard mobilku. Sebenernya, aku pengen langsung pulang aja. Tapi, Sonia terus merengek minta dianter kesalon. En dia sukses membuatku setuju untuk mengantarnya kesana. Sonia tersenyum puas. Aku mengumpat kesal. Brruuuummmm… mobilku melaju ke tujuan yang uda di request Sonia. Salon.
      Sonia melenggang santai memasuki sebuah salon kecantikan ternama. Ga perlu nyebutin mereknya. Sensor. ^^. Liat sonia yang uda akrab banget sama penghuni salon ini, kayaknya Sonia uda biasa banget dateng kesini. Aku sih ga kaget. Dari penampilannya aja uda keliatan banget kalo dia sering nyalon.
      Setelah melakukan perbincangan yang lebih mirip seperti sebuah konsultasi, akhirnya Sonia memasuki sebuah kamar yang ada di lantai dua untuk melakukan perawatan en aku yang sial, di suruh nunggu di bawah SENDIRIAN. Parahnya lagi, Sonia nyuruh pegawai salon itu buat nata penampilanku dengan alasan aku harus tampil cantik dipesta malam nanti. Aku mengikuti semua instruksi-instruksi yang dikatakan pegawai salon itu dengan ogah-ogahan. Aku emang paling males kalo disuruh nyalon. Emang kedengeran aneh sih klo mengingat aku ini seorang gadis yang harusnya berlomba-lomba buat mempercantik penampilan. Tapi,,, mo gimana lagi. aku emang ga suka kalo harus diatur-atur ‘mbak kepalanya tolong dimiringkan dikit…’, ‘mbak tolong hadap sana sebentar…’, mbak,,, mbak,,, mbak,,, uhhh males beud kan dengernya. Lagian, aku ini orangnya GJ. Tomboy engga. Feminine juga engga. Apa adanya saja lah pokona mah… ^^

***

      Sonia berjalan menuruni tangga lalu menghentikan langkahnya di depan pintu di lantai bawah.
      ‘tok… tok… tok…’ Sonia mengetuk pintu itu.
      “masuk.” Terdengar jawaban suara wanita dari dalam. Sonia membuka pintu en melihat wanita berumur sekitar 38 tahunan. Wajahnya cantik en keibuan, duduk di belakang mejanya menghadap laptop yang sedari tadi menemani kegiatannya.
      “bunda,,,” panggil Sonia dengan nada manja. Wanita cantik yang dipanggil bunda oleh Sonia itu langsung mengalihkan perhatian dari laptopnya lalu memandang wajah cantik putri semata wayangnya itu.
      “apa sayang…? hemm… bukannya kamu mau ke pestanya sofi? Kok belum berangkat?” tanya bunda.
      “nanti, Bun. Nunggu Rendi.” Jawab Sonia singkat.
      “oh, nanti sampaikan salam bunda buat orang tuanya sofi yah, maaf ga bisa dateng. Banyak urusan di kampus.” kata bunda yang bekerja sebagai Dosen di sebuah universitas ternama di Indonesia.
      “um… bunda…” panggil Sonia ragu.
“apa sayang??” tanya bunda yang sudah kembali berkutat dengan laptopnya dalam rangka melanjutkan pekerjaannya.
      “Sonia pengen mobil.” Pinta Sonia sedikit memaksa. Bunda menghentikan pekerjaannya, menatap Sonia heran dari balik kacamatanya.
      “loh, kemarin kan kamu baru aja minta motor. Sudah bunda belikan, kenapa sekarang tiba-tiba minta mobil?”
      “naik motor panas bunda…” rengek Sonia.
      “kan kamu bisa pake mobil bunda,,, mobil ayah juga ada. Biasanya juga kamu gitu kan?!”
      “tapi Sonia pengen mobil milik Sonia sendiri bunda… Sonia ga mau tau, pokonya bunda harus beliin sonia mobil. Se-ce-pat-nya!!” Sonia ngambek lalu keluar dari ruang kerja bundanya.
      Bunda menggeleng melihat tingkah Sonia. Selalu saja begitu. Minta ini dan itu semaunya sendiri. En sebagai orang tua, mau tak mau mereka harus bisa menuruti permintaan putrid tunggalnya itu. kalo tidak, Sonia pasti marah, mogok makan, en ga mau sekolah sampai dia bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Entah mengapa en sejak kapan Sonia berubah menjadi seperti itu. yang jelas, dulu Sonia anak yang baik en ga banyak maunya.

***

Taman belakang rumah telah disulap menjadi arena pesta. Lampion-lampion en pernak-pernik pesta lainnya berpadu dengan bunga-bunga yang ada di taman menghasilkan sebuah dekorasi yang indah.
       Di sudut taman, ada piñata besar yang di gantung di dahan pohon mangga. Geng beloon wanto cs., Sedang berusaha memecahkan perut si piñata yang berisi ratusan permen. Si leader genk-Wanto berusaha memukul piñata dengan mata tertutup sementara beberapa cewek dan anggota genk lainnya riuh menyemangati Wanto yang tak pernah berhasil memukul piñata itu.
      aku tersenyum kecil melihat tingkah teman-temanku. Lalu kembali mengobrol bersama papa en mama, sambil sesekali bersalaman en cipika cipiki dengan tamu yang baru datang. Pestanya malam ini sangat meriah. Banyak tamu yang datang. Selain teman-teman sekolahku, ayah juga mengundang beberapa kerabat en teman-temannya.
      “Rudi…”
      “Joe…?”
      Aku melihat papa berpelukan dengan laki-laki berusia sekitar 45 tahunan yang di panggilnya Rudi itu. sepertinya mereka teman lama. Tak lama kemudian, wanita cantik berambut pendek dengan gaun berwarna coklat emas menyusul kehadiran laki-laki itu, bersama anak laki-lakinya yang sangat familiar bagiku. Izal?
      “bagaimana kabarmu? Lama sekali gak ketemu.” Kata papa sambil menepuk pundak laki-laki dihadapannya itu.
      “baik. bagaimana denganmu? Sombong sekali kamu, gak pernah datang ke rumah.” Ledek laki-laki itu. papa tertawa.
      “sofi,,, kamu kok malah bengong sih? kasih salam dong buat om Rudi sama tante Lisna.” Kalimat mama menyadarkanku. Aku nyengir. Dan langsung mencium punggung tangan om Rudi en tante Lisna.
      “wah,,, ini sofi yah? sudah besar yah sekarang. Cantik lagi.” tante Lisna membelai rambutku. untuk sementara ini aku Cuma bisa nyengir. Masi bingung dengan keadaan.
      “ini tante Lisna, kamu inget ga? Dulu kamu sering banget ngompol di pangkuannya.” Jelas mama. Duh,,, mama ini. jelasin ya jelasin aja kali. Ga usah buka-buka aib orang. Malu nih, di denger Izal yang sama bengongnya liat keadaan.
      “dulu terakhir ketemu, Sofi masih usia 1 tahun. Wajarlah kalo dia ga inget.” Bela om Rudi.
      “ekhm.!! ngomong-ngomong, ini acara ulang tahun apa reunian sih? ga ngerti deh.” Celetuk Izal tiba-tiba. Kami semua tertawa.
      “gue baru tau kalo papa mama gue itu temenan lama sama papa mama lo.” Kataku setelah menjauh dari dua sahabat yang udah lama terpisah oleh jarak en waktu itu.
      “gue juga baru tau kalo lo sering ngompol di pangkuan nyokap gue. Hahaha…” ledek izal yang langsung dapet hadiah tonjokan lembut dariku. Malem ini izal kereeeennnnnn banget. Dia memakai Stelan jas dan kaus dalam berwarna putih sebagai pengganti kemejanya. Rambutnya di tata berdiri dan terlihat berkilau berlapis gel. Malem ini, ga ada headband yang nangkring di kepalanya. Bagus deh. Begini lebih keren. :D
“ih, kakak… ga usah colak colek napa? Tar kue tartku jadi ga suci lhoo…” aku memukul tangan kak theoo yang kepergok sedang berusaha mencolek kue tartku.
“dede kamu pelit banget sih, kakak tu Cuma pengen mastiin klo kue tart kamu ini aman en ga beracun. Emangnya kamu mau, keracunan kue ultahmu sendiri, eh?” Kak theoo ngeles.
“kue aku ini uda steril tauk,, klo di colek sama kak theoo yang ada mala jadi beracun beneran.” Ledekku. Kak theoo cemberut lalu mengambil sebuah cup cake yang di susun membentuk menara tak jauh dari kueku en langsung menghabiskannya dalam satu suapan. Ckckck… ni orang ngambek apa doyan? Batinku sambil memandang kak theoo yang bergabung dengan papa en mama.
Aku melirik ke pintu dan melihat Sonia yang melambai riang padaku dia datang bersama kak Rendi yang juga tersenyum manis padaku. Sonia tampak sangat cantik. Dia memakai gaun panjang berwarna turqouise. yang terbuka di bagian atasnya sehingga semua orang bisa melihat pundak dan tangannya yang putih mulus. Rambutnya di gelung ke atas, beberapa helai rambut di pelipisnya sengaja di urai dan di kriting gantung. Sonia juga memakai higheels sehingga dia terlihat lebih tinggi dari biasanya. Dia tampak sangat serasi dengan kak Rendi yang memakai stelan jas dan kemeja hitam gaya anak kuliahan gitu deh. Aku jadi mikir, dan bertanya pada diriku sendiri, bener ga sih, pesta yang lagi diadain dirumahku ini adalah pesta ulang tahunku? Kok kayaknya Sonia malah kelihatan lebih pantes sebagai yang punya pesta ketimbang undangan pesta, penampilannya glamor banget. aku aja Cuma pake dress mini berwarna green olive dengan spatu ballet yang warnanya senada dengan bajuku, trus pita yang juga berwarna green olive, hadiah dari Izal tadi yang dengan bangga aku pakai sebagai asesoris untuk penampilan di pesta sweet17 ku malem ini. Haha. Segitu simple nya penampilanku, makanya aku heran waktu liat Sonia. Iri sih engga, Cuma aneh aja. Rasanya kayak…

***

“malem om,, tante,,,” Sonia menyapa papa en mama Sofi
“Sonia… lho, ayah dan bundamu mana?” tanya tante Rosita.
“ayah lagi diluar kota tante, klo bunda lagi sibuk sama urusan kampusnya. Bunda titip salam buat om dan tante, en minta maaf karna ga bisa dateng.” Jelas Sonia.
Sementara itu, kak Rendi terpaku di tempatnya. Begitu juga om Rudi dan tante Lisna.
“Rendi…” panggil tante Lisna lirih.
“papa… mama…?”


to be continue...

.:: eeniee meeniiee ::. pt. 1

Ini adalah cerbung pertama yang aku buat. sebelumnya aku lebih suka nulis novel. jadi maaf, klo nanti ceritanya agak mbulet. dulu aku lebih suka menyimpan sendiri karyaku daripada mempublikasikannya, aku terlalu takut dengan kritikan orang. tapi sekarang, aku mulai memberanikan diri untuk menampilkan karyaku dan membiarkan orang lain membacanya. sekarang aku lebih siap, en telah membuka telingaku kebar-lebar, untuk mendengarkan semua kritikan mereka. memfilter kritik yang bersifat membangun, en mendaur ulang kritikan yang bersifat menjatuhkan. hoho,, tengkyu buat someone yang telah memberiku inspirasi lewat cerpen yg di tulisnya. maaf klo pembukaannya jelek, lagi pelajaran nih... en maaf juga klo ceritanya jelek. namanya juga baru belajar, dimaklumi aja yah... :) bismillahirrohmanirrohim... dengan ini ku awali ceritaku. cekidot.!! selamat menikmati,,, meskipun mungkin ga nikmat sama sekali haha :D




***
"pagii semua....." aku menyapa hariku yang sangat sempurna dengan senyum semangat. Hari ini sangat istimewa bagiku. aku melirik kalender kecil yang ada di atas meja dekat tempat tidurku. ada lingkaran merah pada tanggal hari ini, dengan note di bawahnya yang bertuliskan 'Happy bday Sofi'. Yup. hari ini aku berulang tahun. 25 April 2011. kebahagiaanku bertambah karena tahun ini aku sweet17. yang berarti berakhirnya masa kanak-kanak.ku dan mengawali hari sebagai orang dewasa. padahal,,, aku masih betah jadi anak-anak, alasannya sih simple aja, klo anak-anak, bandel ato cengeng dikit ga masalah, namanya juga anak-anak. nah klo uda gede,, masii mo bandel ato cengeng? ya malu sama umur kali. hohoho... GJ yah? ya maap. lagi butek nih. Besok aku ada 3 out hoho. curcol deh jadinya.
hum,,, ya sudahlah. siap ga siap, mau ga mau, suka ga suka, jalani sajalah, toh jadi orang dewasa ga buruk-buruk amat. Klo uda dewasa, berarti uda pantes buat pacaran, trus nikah deh.. huhuhu,,, padahal, pacar aja ga punya, bergaya mo nikah dasar. Duh,, duh,, aku nglantur mlulu nih, mana garing lagi, maklumin aja yah, baru bangun tidur, masih belum genep nyawanya. Lanjut kawaaan.... >>>
aku nyengir gembira dan langsung menyibakkan selimutku lalu beranjak meninggalkan kamar, ga mandi dulu nih? hem.. mandi? ntaran aja lah. keburu kangen nih.. kemarin papa dan mama telfon dan bilang klo mereka akan pulang di hari ulang tahunku. begitu juga dengan kak Theoo, yang sengaja bolos dari kuliahnya di Jakarta demi merayakan ultahku di rumah. aku uda ga sabar pengen ketemu mereka. kapan lagi bisa kumpul-kumpul begini. terakhir kumpul bareng beginiii...... ummmm kapan yaa? aku sampe lupa saking jarangnya.
dari ujung tangga aku bisa melihat papa, mama, dan kakakku yang sudah berkumpul di ruang makan. aku menuruni tangga dengan bersemangat, sampe lupa klo aku masih pake babydoll en sandal kamar berbentuk kepalanya dong ja,, itu lhooo anjing milik dae wong. Yang suka nonton drama korea pasti tau., yang ga pernah nonton, coba bayangin aja yah… haaa :p
"papa... mama..." aku langsung lari menghampiri en memeluk mereka begitu aku sampe di lantai bawah. mereka tersenyum dan balas memelukku.
"kok cuma papa sama mama doang yang di peluk? aku juga pengen tauk..!" protes kak Theoo. aku nyengir dan langsung melepas pelukanku dari papa dan mama, ganti mo peluk kak Theoo tapi tiba-tiba dia menghentikanku.
"eh eh.. STOP.!!" teriaknya. Spontan aku berhenti bergerak, mematung dengan tangan terentang  mirip kayak robot yang lagi bergerak trus tiba-tiba di pijet tombol off-nya. "ga jadi minta peluk deh,, kamu kan belom mandi. aku ga mau ketularan bau jigong kamu. kan ga etis, masa' ganteng-ganteng bau jigong.?!" ledek kak Theoo. papa dan mama tertawa. sedangkan aku langsung meninju bahu kakak kesayanganku itu.
"hey udah... udah... pagi-pagi bukannya sarapan, malah tinju-tinjuan, nanti agak siangan dikit aja berantemnya, biar papa belikan ring tinjunya dulu." goda papa.
"kak Theoo nya nyebelin sih pa..." aku ngadu sambil memasang wajah cemberut sok imut.
"ye... segitunya yang pengen pelukan sama aku.. haha.... ya udah,, sini-sini, ayo peluk kakak, jigong kamu wanginya kayak parfum kok, ga masalah deh... ayo peluk" kak Theoo merentangkan tangannya sambil menahan tawa.
"ga mau. udah ga nafsu." aku menepis tangan kak Theoo lalu duduk di kursi disebelahnya. Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling ruangan, mencoba mencari sesuatu yang seharusnya aku dapatkan di hari ulang tahunku, tapi kok kayaknya semua normal-normal aja yah,? ga ada sesuatu yang mencurigakan. Keadaan rumah masii sama kayak kemarin. Ga ketambahan peralatan apapun. Padahal, di ultahku taun kemarin, pas bangun tidur begini aku langsung liat piano baru yang di letakkan di sudut ruangan deket ruang keluarga sebagai hadiah ultahku, nah ini… boro-boro hadiah, menu sarapan aja masii standart kayak pagi biasanya.
“pa, ma, hari ini aku beneran ultah ga sih? apa jangan-jangan aku salah liat tanggal yah?” tanyaku polos. Papa en mama keliatan ga ngerti sama ucapanku.
“loh, kamu ini ngomong apa sih sayang? salah tanggal bagaimana maksudmu?” Tanya papa sambil menerima sepasang roti dengan selai kacang yang baru saja dibuatkan mama.
“iya, klo kamu ga ulang tahun. Papa sama mama ga mungkin ada disini kan? papa sama mama kan pulang buat rayain ulang tahun kamu.” Timpal mama yang kini sedang mengoleskan selai stroberi di atas roti untuk sarapanku.
“iya nih. si dede ada-ada aja, ultah sendiri kok ga sadar. Pasti gara-gara belom mandi nih, nyawanya belom lengkap. Ayo.. kumpul. Kumpul. Kumpul.” Kak theoo menepuk-nepuk kepalaku.
“ih,, abisnya, suasananya netral banget. ga berasa ultah sama sekali. Klo emang aku ultah, hadiahnya mana?” tanyaku ngarep.
“oh,, jadi kamu pengen hadiah…?” tanya  papa menahan tawa. Aku mengangguk dengan wajah melas.
"ya sudah... kamu ambilkan koran buat papa dulu gih, di depan. nanti papa kasih hadiahnya." kata papa.
"beneran pa?" aku yang tadinya uda BT banget karena ga dapet hadiah langsung semangat 45, apalagi waktu papa mengangguk mengiyakan pertanyaanku. langsung aja aku beranjak dari ruang makan dan menuju ke halaman depan. Aku sempat melihat papa dan mama saling pandang penuh arti ketika aku beranjak dari tempatku tadi, tapi aku ga tau apa artinya itu, aku lirik kak theoo, kayaknya dia malah ga liat apa-apa malah lg asik sendiri sama sarapannya. Ah, kak theoo mah, boro-boro pandangan penuh arti yang ga ada suaranya, orang penjajah dur der di depan rumah aja, dia ga bakalan sadar klo lagi asik makan begitu. Dasar ahmad. Ahli madang. Ah bodo amat lah.Yang penting sekarang aku harus ambilin Koran paginya papa, biar cepet-cepet dikasih hadiah, penasaran juga sama hadiahnya. Lagian, papa ini aneh, masa’ mo ngasih hadiah aja pake nyuruh aku ngambil Koran segala. Bukannya itu tugasnya mang udin? aku langsung menghentikan langkahku begitu sampai di depan pintu. aku terlalu terkejut sehingga aku tak sanggup melanjutkan bahkan aku malah lupa sama apa yang sedang kupikirkan sebelumnya. Mataku membulat melihat benda yang ada di hadapanku. Mulutku kaku menahan jerit yang tertahan. "iniiii????"

***

"BANDUNG i'M COMING........ aku siap... aku siap... aku siap...." kataku menirukan spongebob. aku berjalan dengan penuh percaya diri menyusuri jalanan kota kembang bandung dengan mobil sport baru hadiah dari papa dan mama. hahaha... padahal waktu aku bilang pengen mobil sport beberapa minggu lalu, itu.. cuma bercanda lhooo.... waktu aku telfonan sama papa, aku lagi nonton beritanya Melinda dee, trus ada fotonya dia sama ferarinya itu, langsung deh aku bilang klo aku pengen ferari. Aku bahkan ga pernah inget lagi sama permintaan itu, eeehh,,  ga tau nya di beliin beneran. karna ini hadiah, aku sih sih ok ok aja nerimanya, apalagi waktu ngeliat ekpresi mupeng kak Theoo tadi,,, jadi tambah semangat aku nerimanya. Hem,,, jadi begini toh rasanya naik mobil sport, pantes aja Melinda dee sampe bela-belain gelapin dana buat beli barang beginian, huhu.. semoga aja aku ga di panggil tim penyidik gara-gara pakek mobil ini, hemmm ini halal lho pak polisi…. :p
Jujur saja kawan,, hidupku memang sangat sempurna. Saking sempurnanya, mungkin hidupku ini merupakan impian dari sebagian orang. Ga percaya? Analisis aja sendiri. Buat hipotesa, en tabel pengamatannya, klo uda selesai kumpulkan di mejanya pak malik. Haha kalian pikir hidupku ini pelajaran biologi apa?! aku terlahir dari keluarga yang sangat berkecukupan malah orang bilang keluargaku kaya. Kaya apaan? Kaya monyet kali yah… oooo tidak,,, tapi masi mending kaya monyet deng, timbang kaya manusia.? Tau kan maksud ku. Ga tau? cari aja dikamus.aku  Ga ada waktu buat jelasinnya. :p. hem,,, aku punya keluarga yang utuh, papa, mama dan seorang brathe yang super duper ganteng dengan wajah blesteran warisan dari kakekku haha, miris hatiku mengakuinya kak, tpi itu fakta.. :D
Papaku adalah seorang direktur di perusahaan konstruksi milik keluarga, sedangkan mamaku, bersama tante-tanteku, mengelola beberapa restoran yang sengaja mereka dirikan untuk mengusir kejenuhan sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan aku dan kak theoo, tinggal menikmati hasilnya aja. Meskipun kak theoo dan aku bisa mendapatkan segala sesuatu dengan mudah, walaupun tanpa harus memintanya, tapi kak theoo terutama aku ga pernah berusaha memanfaatkan apalagi memamerkan kelebihan fasilitas en materi yang kita punya. (ceiileee sombong. Tapi jujur loh). Menurutku, ngapain juga nglakuin hal yang mungkin bisa bikin orang ngerasa iri, ato mungkin malah minder. Ga penting banget. lagian, nambah-nambahin daftar dosa aja, klo nambahin daftar belanjaan gitu ga masalah, bisa di tebus pake duit sih,! nah klo nambahin daftar dosa? Ihh, Aku sih ogah, di blacklist trus ga bisa masuk surga gara-gara gue bersikap sombong. Lagian, semua harta yang aku miliki itu ga lebih dari sekadar titipan tuhan, ga malu apa nyombong-nyombongin barang titipan? Uuuhhhhh… aku ini ngomong apa sih? GJ deh…
Waktu aku masih tinggal sama tuhan disana, aku ga pernah minta buat dilahirin ke dunia sebagai anak orang kaya (nah loh, ujung-ujungnya ngaku juga. hah), tapi klo tuhan uda bilang ‘kun faya kun’? aku bisa apa. Aku ga mungkin protes, nanti malah dikira aku makhluk yang ga bersyukur. Tapi sahabatku ga pernah mau ngerti soal masalah ini. kesempurnaan yang menurut orang adalah sesuatu yang membanggakan, tapi bagiku malah lebih mirip boomerang en mirisnya lagi sahabatku sendiri yang lemparin boomerang itu ke tubuhku, membuatku hancur berkeping-keping. Klo belum tau ceritanya, pasti kalian mikir yang begini tuh lebay, tapi setelah kalian tau yang sebenernya nanti, aku yakin kalian pasti langsung berubah fikiran. Klo yang beginian tu bukan Lebay, tapi Alay. Hahaha… Kriuk.kriuk.

      ***

      “happy b’day ya sof. Ini buat lo.” Seorang cowok berbadan jangkung sukses menghentikan langkahku. Wajah putih bersih bertampang innocent dengan headband di kepalanya yang memang sudah menjadi style makhluk manis itu. en seperti biasa dia tak pernah mengancingkan kemejanya membuat semua orang sadar klo dia memiliki dada yang bidang di balik kaos dalamnya yang ketat itu. dig dug dig dug dig dug. Jantungku berdegup kencang. Selalu saja seperti ini tiap kali berhadapan dengannya. Moga aja dia ga denger, klo dia denger kan malu-maluin. Bisa ketahuan deh klo selama ini aku…
      “hey… hello…” cowok itu mengayun-ayunkan tangannya di depan wajahku, membuatku terjaga dari lamunanku. Huuuhhh… selalu aja begini. Moga aja tadi aku ga ileran. Kataku dalam hati.
      “yee… dikasih hadiah malah bengong.” Ledeknya.
      “Izal, tadi gue ga ileran kan?” tanyaku polos masih dalam keadaan ling-lung.
      “engga kok.!! Engga kurang dari satu gentong maksudnya. Hahahaha…” goda cowok bernama Izal itu.
      “huuuh,, gue serius nih.” kataku gemas lalu mencubit perut izal. “eh, ngomong-ngomong, ini isinya apaan?” tanyaku sambil meneliti kotak berwarna ijau dengan pita kuning diatasnya yang baru saja diberikan Izal padaku.
      “isinya bom. Makanya, jangan lo buka disini, kan bisa gawat klo besok sekolah kita masuk hot news di Koran pagi.” Goda Izal lagi. Dasar cowok ini. gayanya yang selengekan en penampilannya yang cuek, malah membuat dia keliatan makin keren. Pantes aja banyak cewek yang terpesona sama dia, termasuk…
       “Sofi… Izal…!!”


To Be continue....

Minggu, 20 November 2011

My KyuhHyun Oppa ^_^

Cho Kyuhyun (조규현 / Jo Gyuhyeon) (lahir 3 Februari 1988; umur 23 tahun) atau lebih dikenal dengan nama Kyuhyun adalah penyanyi dari Korea Selatan yang merupakan anggota boyband dari Super Junior. Kyuhyun merupakan anggota yang paling terakhir bergabung dengan Super Junior sekaligus juga yang termuda (magnae). Kyuhyun termasuk salah satu lead vocalist di Super Junior. Kyuhyun bersekolah di Sekolah Menengah Shinchung, Sekolah Perguruan Tinggi Yumkwang, Universitas Kyunghee. Kyuhyun mempunyai kakak perempuan yang bernama Cho Ahra. Kyuhyun pernah memenangkan olimpiade matematika dan meraih medali emas. Kyuhyun juga menempati posisi ke 2 dalam IQ tertinggi dalam Super Junior yang posisi pertamanya diduduki oleh Kibum yang memiliki IQ 138. Kyuhyun ternyata pernah menderita penyakit Pneumothorax bukan karena kecelakaan, tetapi saat masih kuliah. Pneumothorax itu sendiri adalah penyakit kolaps paru paru, itu sebabnya dada Kyuhyun sering sakit jika terlalu lelah menyanyi.

Biografi

Pra-debut

Kyuhyun dikenal setelah menjadi juara 3 dalam kontes menyanyi Chin Chin Singin Competition pada tahun 2005. Ia dikontrak oleh SM Entertainment Korea dan bersama-sama dengan idola Chin Chin lainnya menyanyikan ulang lagu DBSK yang berjudul "Hi Ya Ya". Sebelum ia bergabung menjadi anggota Super Junior, pada awalnya Super Junior adalah grup proyek yang anggotanya akan "lulus" setelah beberapa lama bergabung. Pada awalnya banyak fans yang kecewa dengan penambahan Kyuhyun ke dalam grup, namun dengan cepat ia diterima oleh fans sebagai member ke-13 dan terakhir dari Super junior.

Debut

Pertama kali Kyuhyun tampil di media sebagai anggota Super Junior pada liputan jacket photoshoot single "U", 23 Mei 2006. Penampilan debutnya adalah pada tanggal 26 Mei 2006 di SBS I-Concert, saat itu dia ikut menampilkan single "U". Penampilan tersebut juga adalah penampilan pertama Super Junior sebagai grup permanen dan bukan lagi grup proyek.

Sub-Grup

Kyuhyun ambil bagian di beberapa sub-grup Super Junior antara lain Super Junior K.R.Y, SM The Ballad dan Super Junior M. Di Super Junior K.R.Y, Kyuhyun bersama yesung dan Ryeowook membawakan lagu-lagu yang cenderung bergenre ballad dan menunjukkan kemampuan vokal mereka. Sementara di Super Junior M, genre lagu yang dibawakan tidak jauh berbeda dengan Super Junior, hanya saja berbahasa Mandarin. Kyuhyun menjadi salah satu dari 5 anggota asli Super Junior yang juga merupakan anggota Super Junior M, bersama Hankyung, Siwon, Donghae, dan Ryeowook. Selain ikut bergabung dalam sub-grup Super Junior, Kyuhyun juga tergabung dalam S.M. The Ballad bersama artis SM lainnya mulai dari Jonghyun-Shinee, Jay-TRAX, dan Jino yang merupakan artis baru di SM.

Tragedi Kecelakaan April 2007

Pada tanggal 19 April 2007 dini hari, 4 anggota Super Junior bersama 2 orang manager mengalami kecelakaan mobil yang mengakibatkan mereka harus dibawa ke rumah sakit. Kecelakaan serius tersebut terjadi ketika Kyuhyun, Leeteuk, Eunhyuk, dan Shindong kembali dari siaran Super Junior Kiss the Radio. Mobil mereka terbalik dan Kyuhyun, yang pada saat itu duduk di belakang kursi pengemudi, mengalami luka-luka yang paling parah. Kyuhyun mengalami patah tulang pinggul, juga patah tulang rusuk yang mengakibatkan pneumothorax, luka-luka di wajah, juga memar-memar. Ia tidak sadarkan diri karena terkejut. Ia berada di ICU selama 6 hari, sebelum kemudian dipindahkan ke ruang perawatan normal. Pada tanggal 5 Juli 2007, setelah 78 hari menjalani perawatan, Kyuhyun diperbolehkan keluar dari rumah sakit.

Trivia

1. KyuHyun berasal dari daerah distrik yang ada di Seoul, yaitu Nowon.
2. KyuHyun kuliah di KyungHee jurusan Modern Music.
3. Keluarganya terdiri dari Ayah, Ibu, dan kakak perempuannya.
4. KyuHyun punya kakak perempuan yang umurnya 3 tahun lebih tua darinya.
5. Ayahnya bekerja jadi chairman di sebuah asosiasi, dan kakaknya (Cho Ahra) kuliah di luar negeri.
6. KyuHyun beragama Kristen, waktu dia berumur 8 tahun dia pernah rekaman lagu gereja bersama kakaknya.
7. Waktu umur 16 tahun, KyuHyun mengikuti Kontes menyanyi dan mendapat juara ke-3
8. KyuHyun punya sedikit gangguan di telinganya karena infeksi waktu masuh muda. Jadi telinga kirinya itu agak kurang pendengarannya.
9. KyuHyun paling suka main Game, ternyata dia udah main game sejak kelas 3 SD. Game Favorit KyuHyun yaitu : "Starcraft", “Thousand Years”, "Sudden Attack”, dan “Diablo”.
10. Gara-gara nickname-nya banyak, Leeteuk pernah nanya nickname apa yang paling ia sukai diantara banyaknya nickname yang diberikan ELF (sebutan fans Super Junior) kepadanya. KyuHyun menjawabjawab kalau dia paling suka nickname “GameKyu”.
11. KyuHyun sangat pandai main clarinet. Dia bisa main alat musik tersebut sejak kelas 3 SMA. Dia juga bisa main piano.
12. Film & Drama Korea favorit KyuHyun : “The Big Swindle”,, “Jumong”, “Lovers in Paris”,, “Dae Jo Yeong”, dan “My Sassy Girl”.
13. Selain main game dan nonton film, KyuHyun suka baca buku.
14. KyuHyun sangat suka salju, dia adalah pemain ski yang baik.
15. KyuHyun sangat mengagumi Micky YooChun (TXVQ).
16. Kyuhyun suka sekali mendengkur saat tidur.
17. Warna favorit KyuHyun adalah Biru, Hitam dan Putih.
18. KyuHyun bukanlah pengendara yang baik. Dia kurang bisa menyetir mobil ataupun motor.
19. KyuHyun paling tidak suka sama yang namanya sayur-sayuran.
20. KyuHyun paling tidak bisa menahan ketawa.