“IZAL!!!” jerit Sonia. yang langsung menarik Sofi dan
menjauhkannya dari Izal membuat Sofi kehilangan keseimbangan lalu
terjatuh.
“Sonia!! lo apa-apaan sih?!” bentak Izal,
lalu mengulurkan tangannya membantu Sofi berdiri. Tapi Sofi menepis
tangan Izal.
“elo tu yang apa-apaan?! Lo ngapain sama cewek ganjen ini eh?!” Sonia balik membentak Izal lalu melirik Sofi sinis.
“oh,, gue tau. pasti lo kan yang godain dia?! lo pasti uda stress kan
karena ga sanggup nerima kenyataan kalo Izal uda jadi cowo gue
sekarang!! Lo maksa dia buat nyium lo kan!! dasar cewe kegatelan lo.
ganjen. Saiko!!” Sonia memaki Sofi.
“hey, lagi
ngapain?” sapa Izal yang melihat Sofi duduk sendiri di bawah pohon
memandang danau buatan yang ada di belakang sekolahnya.
“ngapain lo duduk disini? balik sono. Gue lagi pengen sendiri.” kata
Sofi datar tanpa mengalihkan pandangan dari ikan-ikan di danau yang
sedang berebut remah roti yang baru saja ditaburkan Sofi.
“yakin, lo ga takut gue tinggal sendiri? gue denger-denger, disini
angker lhoo. dulu ada anak cewe sekolah ini yang bunuh diri di danau itu
tuh gara-gara frustasi ga lulus ujian, trus sekarang arwahnya
gentayangan. Lo ga takut kalo dia nongol di depan lo eh?” Izal
memelankan suaranya, lebih mirip bisikan sekarang.
“h’h mana ada setan berani nongol disiang bolong? panas-panas begini
setannya ga berani keluar. Apalagi cewe, takut item dia.” jawab Sofi
santai.
Izal terkekeh.
“sof,,,” panggilnya.
“apa?” tanya Sofi stay cool
“guee…”
“AW…!!” pekik Sofi sambil menggosok matanya.
“eh? lo kenapa?” Izal terpaksa mengalihkan pembicaraannya.
“mata gue kelilipan.” Kata Sofi sambil terus menggosok mata kiri nya.
“eh eh,, jangan di gosok, tar mata lo infeksi. Sini gue tiup.” Izal mendekatkan wajahnya ke wajah Sofi.
Sementara itu…
“Rama, Troy, lo liat Izal ga?” tanya Sonia pada Troy dan Rama yang sedang asik bermain bola di lapangan indoor.
“Izal? tadi sih dia disini.” jawab Troy yang tetep fokus pada permainan bola kakinya.
“trus sekarang? Gue serius nih” tanya Sonia yang kesal merasa tidak di perhatikan.
Troy menendang bolanya kearah Rama yang dengan cekatan menangkapnya
dengan kakinya. Mereka saling pandang, tampak bosan dan ga mood untuk
menjawab pertanyaan Sonia. pada dasarnya, mereka emang ga terlalu setuju
dengan hubungan Izal dan Sonia. yeah, kalian tau sendiri lah.
Sonia berjalan menuju gudang belakang sekolah yang dibicarakan Rama
tadi. Katanya Izal disuruh guru olah raga untuk mengembalikan tali bekas
tarik tambang ke gudang itu.
Sonia sampai di belakang sekolah. Langkahnya terhenti ketika melihat Izal sedang mendekatkan wajahnya ke wajah Sofi.
“elo tu yang saiko!! Ayo pergi.!!” Izal menarik tangan Sonia, Sonia melepas tangan Izal.
“engga, zal!! gue masih punya urusan sama dia. dia harus bisa terima kenyataan kalo kita uda jadian.”
“Sonia!! ikut gue sekarang juga. ato kita PUTUS!!” kata Izal tegas.
Sonia diam. lalu mengintil di belakang Izal yang pergi meninggalkan
taman belakang sekolah.
***
“Izal,,,!! Izal,,, tunggu!!” teriak Sonia setengah berlari mengejar langkah Izal. Izal menghentikan langkahnya.
“apa?! Gue males sama lo.!”
“ish, lo aneh. Lo yang salah, kenapa jadi lo yang marah sih? harusnya kan yang marah gue.”
“lo bentak-bentak trus ngatain Sofi begitu, apa menurut lo yang kayak gitu bener, eh?!”
“emang kenapa? emang bener kan yang gue bilang? Sofi itu ganjen. Tau lo
uda punya cewe masih aja ngejar-ngejar elo. Lagian, Lo nya juga sih, lo
itu cowo gue zal, ngapain sih lo mesti deket-deket dia? pake mo
nyium-nyium dia segala lagi.”
“eh, Sonia. dengerin gue
yah. tadi tu matanya Sofi kelilipan. Gue Cuma mo nolongin dia. gue
emang cowo lo, tapi gue bukan milik lo. suka-suka gue dong gue mo deket
sama siapa aja. nyokap gue aja ga nglarang, lo tu Cuma cewe gue, cewe
yang GAK GUE INGINKAN. Ga usah sok-sokan posesifin gue deh. Ga usah
ngatur-ngatur gue. Gue GA SUKA!!” Izal memberikan teKanan khusus pada
kata-katanya. Lalu pergi meninggalkan Sonia.
Beberapa
anak yang lewat dan melihat pertengkaran itu saling berbisik sambil
melirik Sonia. membuat Sonia harus menunduk malu, lalu bersembunyi untuk
menyelamatkan image nya.
***
dasar cewe kegatelan lo. ganjen. Saiko!!
Aku tersenyum sinis mengingat kalimat Sonia. tadi aku memang lebih
memilih diam daripada melawannya. Bukannya aku takut. Aku hanya menjaga
harga diriku. Dia itu norak. Nyerang sahabatnya sendiri Cuma gara-gara
seorang cowo. Kalo aku bales neriakin dia tadi, berarti aku sama
noraknya dong kayak dia. lagian, kalo aku bales dia, kesannya kayak
rebutan cowo aja. malu-maluin banget sih. kita itu cewe. Jangan
mentang-mentang persediaan cowo makin menipis, terus cowo-cowo ganteng
pada homo, terus kita berubah jadi cewe norak yang hobi rebutan cowo
dengan alasan emansipasi. Itu ga bener. Emansipasi ya emansipasi, tapi
jangan sampe ngorbanin harga diri dong.
Kita Makhluk tuhan yang
paling seksi *jiaaahh… kayak judul lagu aja. maksudku, makhluk tuhan
yang paling istimewa dengan segala keindahan yang dimilikinya.
seharusnya cowo yang rebutin kita. Bukan kita yang rebutan cowo.
Aku melenggang santai memasuki kelasku. Kejadian di taman belakang tadi
dengan mudahnya terlupakan begitu saja dari benakku. Mungkin karena ga
penting. Dan emang ga penting.
Suasana kelas mulai
sepi. emang udah waktunya pulang sih. aku menghampiri kursiku, dan
mengambil tas punggungku. Tasnya Sonia masih ada dikursinya. aku melihat
kebelakang. Tasnya Izal juga masih ada di mejanya. Mungkin mereka masih
asik berdebat. Sonia salah faham dan itu gara-gara aku. tapi, sebodo
amat. Aku ga perlu minta maaf dan jelasin semuanya. Yang penting aku dan
Izal tau keadaan yang sebenarnya dan Sonia akan lebih senang menerima
penjelasan dari Izal ketimbang dariku.
Kebanyakan
mikirin Sonia dan Izal, jadi ga kerasa kalo langkahku uda sampai di
depan gerbang sekarang. Aku mendekati pohon besar tempatku biasa berdiri
dalam rangka nunggu jemputan. Ada yang beda dalam penantianku kali ini.
kalo biasanya aku sekolah dianter jemput pak ujang, beberapa hari ini
kak Rendi yang getol nganter jemput aku. entah sejak kapan kebiasaan ini
mulai berlaku. Yang jelas, kebiasaan kak Rendi yang suka nganter jemput
aku, itu membawa kebahagiaan sendiri buat pak ujang karena berkat kak
Rendi, pak ujang jadi makan gaji buta. Wuaaaa… aku bilangin papa loh. :p
mobil Honda jazz silver berhenti di depanku. Aku tersenyum menyambut seseorang yang keluar dari mobil itu.
“hai. Uda lama nunggunya?” tanya kak Rendi. aku menggeleng.
“engga kok. Baru aja keluar.”
“ok. aku on time berarti. Ayo.” Kak Rendi membukakan pintu untukku. Aku mengangguk.
“nanti satnite kan. ayo kita jalan.” Ajak kak Rendi to the point.
“mo kemana? kayaknya ga ada moment special deh.” Tanyaku.
“kemana aja. nonton, main di time zone, ato hunting maKanan enak mungkin?”
“um,, terserah kakak aja deh.” Jawabku santai. Kak Rendi mengangguk.
***
aku sedang bersiap-siap di kamarku. Karena kak Rendi udah kuliah,
mungkin aku harus mengimbanginya dengan merubah style ku. Jadi, Malam
ini aku memutuskan memakai dress mini warna dark grey dengan pita dan
sepatu yang senada dengan dress ku.
Aku janjian dengan
kak Rendi jam 19.00. kak Rendi jemput aku ke rumah. Sekarang uda jam
18:45, pasti kak Rendi lagi otw. Ini bukan pertama kalinya aku jalan
sama kak Rendi. dulu sebelum kak Rendi jadian sama Sonia, kita sering
hang out bareng. Nge-pump, nonton, maen di time zone, ke kebun binatang,
pantai, puncak, pokonya seru-seruan deh. Setelah kak Rendi jadian sama
Sonia, kita lebih sering jalan bertiga. Jadi, waktu tadi kak Rendi
ngajakin jalan, aku sih asik-asik aja. toh juga uda biasa.
‘tiiinn… tinn…’ ga salah lagi. pasti itu mobilnya kak Rendi. aku
beranjak keluar kamar. Sebelumnya, aku semprotkan dulu parfum ke leher
dan pergelangan tanganku.
“cantik banget. kamu ga takut aku suka sama kamu?” goda kak Rendi setelah aku duduk di sampingnya.
“emang bisa yah?” aku ganti menggodanya.
“aku kan cowo normal. Kenapa engga.” Kak Rendi mengangkat bahunya. Lalu mulai menjalankan mobilnya.
*skip…
Aku dan kak Rendi memutuskan untuk nonton disebuah mall. Berhubung film
yang akan kami tonton baru mulai 1 jam lagi, akhirnya aku dan kak Rendi
memutuskan untuk menunggunya sambil main di time zone yang ada di
lantai 2.
Kak Rendi menggandeng tanganku dan menuruni
escalator bersama. Kali ini aku rada salting. Meskipun kita sering jalan
berdua,, tapi kalo gandengan tangan beginiii…
“biar
lebih enak diliat orang. Kan aneh, kalo ada cewe mungil ngintil di
belakangku, tar dikira aku bawa tuyul lagi.” goda kak Rendi sambil
menggenggam tanganku.
“ye kakak… mana ada tuyul yang cantik begini.” kataku sok.
“ya ada lah. Ya kamu itu tuyulnya. Tuyul yang telah mencuri hatiku.” kak Rendi nge gombal.
“oooooooooo…” timpalku sok sweet.
“kamu mau main apa?” tanya kak Rendi begitu kita sampai di depan time zone.
“um,,, aku mau…”
“eh, sof. Bentar deh.” Kak Rendi memotong kalimatku, lalu mengeluarkan hp nya yang berdering dari saku celananya.
“halo?” kak Rendi menjawab telfonnya.
Aku yang ga tertarik denger percakapannya kak Rendi memilih untuk
mengedarkan pandanganku ke sekililing mall. Beberapa pernak-pernik dan
dekorasi natal mulai dipasang di mall ini. aura natal mulai terasa,
padahal mah natalnya masih sebulan lagi.
di samping
time zone ada kios permen yang cukup menggugah seleraku. Ada gulali,
loli pop, dan… permen kapas. Ah, permen kapas. Jadi inget sama Izal deh.
Kalo aja kecelakaan itu ga terjadi, pasti aku udah abisin permen
kesukaanku itu bareng Izal sambil ngerayain hari jadi kita. Tapi
kenyataannya…
hus…!!! Lupain. Ga ada gunanya inget-inget kejadian
itu lagi. semuanya uda terjadi. Keadaannya juga uda berubah.
Perubahannya terlalu cepat sampe-sampe aku sendiri ga ngerti kenapa
semuanya bisa terjadi. Izal uda jadi milik Sonia sekarang. ga seharusnya
aku inget-inget dia lagi. aku emang uda bisa terima kenyataan kalo Izal
uda jadian sama Sonia. tapi jujur, kadang aku masih berharap kalo Izal
bisa kembali sama aku. tapi, udahlah. Aku bukan tipe cewe yang hobi
nyerobot cowo orang. Aku harus konsisten dengan kata-kataku. Dan mungkin
mulai sekarang, aku harus belajar buat lupain Izal.
“Sof,,?” suara lembut kak Rendi menyadarkanku.
“eh, kakak uda selesai telfonnya?” tanyaku rada-rada ling lung gara-gara nglamun tadi.
“udah. Um,,, Sof, kita keluar sebentar gapapa yah. tadi temen aku
telfon, sepatu footsall nya ketinggalan dibagasi mobilku, mo di pake
maen sama dia. harus dianterin kesana.” Jelas kak Rendi.
“ya udah. Aku gapapa kok. Emangnya temen kakak sekarang lagi dimana?”
***
@extensa footsal club
“gue break bro!!” Izal mengangkat tangannya lalu berjalan ke pinggir lapangan.
“ok!! Troy lo masuk” teriak Rama yang masih bermain di lapangan. Troy
mengambil botol air mineral dari tangan Kana. Menenggaknya sampai habis
lalu berlari ke lapangan bermain bersama Rama.
Izal duduk di samping Kana, tempat yang di duduki Troy tadi.
“minum dong.” pinta Izal pada adik sepupunya yang manis itu.
“yah, yang ini diabisin Troy. Sinta, minta minumnya dong.” pinta Kana
pada Sinta yang duduk di sampingnya. Sinta merogoh tas tangannya dan
mengambil sebotol air mineral yang masih utuh.
“nih!!” kata Sinta seraya menyerahkan botol itu pada Kana. Kana membukakan segelnya.
“nih kak.” Kana menyerahkan botol air mineral yang sudah terbuka. Izal langsung menenggaknya sampai habis.
“lo ga ikut maen?” tanya Izal pada Marco yang duduk di sampingnya.
“maen, tapi bentar. Nunggu sepatu gue, ketinggalan di mobilnya Rendi.
nah tu dia orangnya.” Marco menunjuk Rendi yang baru saja muncul dari
pintu masuk. Rendi ga sendirian. Dia datang bersama cewe cantik memakai
dress berwarna dark grey.
“Sofi?”
to be continue...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar