Sabtu, 07 Januari 2012

.:: Eeniee Meeniiee ::. pt. 14

   “IZAL!!!” jerit Sonia. yang langsung menarik Sofi dan menjauhkannya dari Izal membuat Sofi kehilangan keseimbangan lalu terjatuh.
            “Sonia!! lo apa-apaan sih?!” bentak Izal, lalu mengulurkan tangannya membantu Sofi berdiri. Tapi Sofi menepis tangan Izal.
            “elo tu yang apa-apaan?! Lo ngapain sama cewek ganjen ini eh?!” Sonia balik membentak Izal lalu melirik Sofi sinis.
            “oh,, gue tau. pasti lo kan yang godain dia?! lo pasti uda stress kan karena ga sanggup nerima kenyataan kalo Izal uda jadi cowo gue sekarang!! Lo maksa dia buat nyium lo kan!! dasar cewe kegatelan lo. ganjen. Saiko!!” Sonia memaki Sofi.
            “hey, lagi ngapain?” sapa Izal yang melihat Sofi duduk sendiri di bawah pohon memandang danau buatan yang ada di belakang sekolahnya.
            “ngapain lo duduk disini? balik sono. Gue lagi pengen sendiri.” kata Sofi datar tanpa mengalihkan pandangan dari ikan-ikan di danau yang sedang berebut remah roti yang baru saja ditaburkan Sofi.
            “yakin, lo ga takut gue tinggal sendiri? gue denger-denger, disini angker lhoo. dulu ada anak cewe sekolah ini yang bunuh diri di danau itu tuh gara-gara frustasi ga lulus ujian, trus sekarang arwahnya gentayangan. Lo ga takut kalo dia nongol di depan lo eh?” Izal memelankan suaranya, lebih mirip bisikan sekarang.
            “h’h mana ada setan berani nongol disiang bolong? panas-panas begini setannya ga berani keluar. Apalagi cewe, takut item dia.” jawab Sofi santai.
            Izal terkekeh.
            “sof,,,” panggilnya.
            “apa?” tanya Sofi stay cool
            “guee…”
            “AW…!!” pekik Sofi sambil menggosok matanya.
            “eh? lo kenapa?” Izal terpaksa mengalihkan pembicaraannya.
            “mata gue kelilipan.” Kata Sofi sambil terus menggosok mata kiri nya.
            “eh eh,, jangan di gosok, tar mata lo infeksi. Sini gue tiup.” Izal mendekatkan wajahnya ke wajah Sofi.
            Sementara itu…
            “Rama, Troy, lo liat Izal ga?” tanya Sonia pada Troy dan Rama yang sedang asik bermain bola di lapangan indoor.
            “Izal? tadi sih dia disini.” jawab Troy yang tetep fokus pada permainan bola kakinya.
            “trus sekarang? Gue serius nih” tanya Sonia yang kesal merasa tidak di perhatikan.
            Troy menendang bolanya kearah Rama yang dengan cekatan menangkapnya dengan kakinya. Mereka saling pandang, tampak bosan dan ga mood untuk menjawab pertanyaan Sonia. pada dasarnya, mereka emang ga terlalu setuju dengan hubungan Izal dan Sonia. yeah, kalian tau sendiri lah.
            Sonia berjalan menuju gudang belakang sekolah yang dibicarakan Rama tadi. Katanya Izal disuruh guru olah raga untuk mengembalikan tali bekas tarik tambang ke gudang itu.
            Sonia sampai di belakang sekolah. Langkahnya terhenti ketika melihat Izal sedang mendekatkan wajahnya ke wajah Sofi.
            “elo tu yang saiko!! Ayo pergi.!!” Izal menarik tangan Sonia, Sonia melepas tangan Izal.
            “engga, zal!! gue masih punya urusan sama dia. dia harus bisa terima kenyataan kalo kita uda jadian.”
            “Sonia!! ikut gue sekarang juga. ato kita PUTUS!!” kata Izal tegas. Sonia diam. lalu mengintil di belakang Izal yang pergi meninggalkan taman belakang sekolah.

            ***

            “Izal,,,!! Izal,,, tunggu!!” teriak Sonia setengah berlari mengejar langkah Izal. Izal menghentikan langkahnya.
            “apa?! Gue males sama lo.!”
            “ish, lo aneh. Lo yang salah, kenapa jadi lo yang marah sih? harusnya kan yang marah gue.”
            “lo bentak-bentak trus ngatain Sofi begitu, apa menurut lo yang kayak gitu bener, eh?!”
            “emang kenapa? emang bener kan yang gue bilang? Sofi itu ganjen. Tau lo uda punya cewe masih aja ngejar-ngejar elo. Lagian, Lo nya juga sih, lo itu cowo gue zal, ngapain sih lo mesti deket-deket dia? pake mo nyium-nyium dia segala lagi.”
            “eh, Sonia. dengerin gue yah. tadi tu matanya Sofi kelilipan. Gue Cuma mo nolongin dia. gue emang cowo lo, tapi gue bukan milik lo. suka-suka gue dong gue mo deket sama siapa aja. nyokap gue aja ga nglarang, lo tu Cuma cewe gue, cewe yang GAK GUE INGINKAN. Ga usah sok-sokan posesifin gue deh. Ga usah ngatur-ngatur gue. Gue GA SUKA!!” Izal memberikan teKanan khusus pada kata-katanya. Lalu pergi meninggalkan Sonia.
            Beberapa anak yang lewat dan melihat pertengkaran itu saling berbisik sambil melirik Sonia. membuat Sonia harus menunduk malu, lalu bersembunyi untuk menyelamatkan image nya.

***

            dasar cewe kegatelan lo. ganjen. Saiko!!
            Aku tersenyum sinis mengingat kalimat Sonia. tadi aku memang lebih memilih diam daripada melawannya. Bukannya aku takut. Aku hanya menjaga harga diriku. Dia itu norak. Nyerang sahabatnya sendiri Cuma gara-gara seorang cowo. Kalo aku bales neriakin dia tadi, berarti aku sama noraknya dong kayak dia. lagian, kalo aku bales dia, kesannya kayak rebutan cowo aja. malu-maluin banget sih. kita itu cewe. Jangan mentang-mentang persediaan cowo makin menipis, terus cowo-cowo ganteng pada homo, terus kita berubah jadi cewe norak yang hobi rebutan cowo dengan alasan emansipasi. Itu ga bener. Emansipasi ya emansipasi, tapi jangan sampe ngorbanin harga diri dong.
Kita Makhluk tuhan yang paling seksi *jiaaahh… kayak judul lagu aja. maksudku, makhluk tuhan yang paling istimewa dengan segala keindahan yang dimilikinya. seharusnya cowo yang rebutin kita. Bukan kita yang rebutan cowo.
            Aku melenggang santai memasuki kelasku. Kejadian di taman belakang tadi dengan mudahnya terlupakan begitu saja dari benakku. Mungkin karena ga penting. Dan emang ga penting.
            Suasana kelas mulai sepi. emang udah waktunya pulang sih. aku menghampiri kursiku, dan mengambil tas punggungku. Tasnya Sonia masih ada dikursinya. aku melihat kebelakang. Tasnya Izal juga masih ada di mejanya. Mungkin mereka masih asik berdebat. Sonia salah faham dan itu gara-gara aku. tapi, sebodo amat. Aku ga perlu minta maaf dan jelasin semuanya. Yang penting aku dan Izal tau keadaan yang sebenarnya dan Sonia akan lebih senang menerima penjelasan dari Izal ketimbang dariku.
            Kebanyakan mikirin Sonia dan Izal, jadi ga kerasa kalo langkahku uda sampai di depan gerbang sekarang. Aku mendekati pohon besar tempatku biasa berdiri dalam rangka nunggu jemputan. Ada yang beda dalam penantianku kali ini. kalo biasanya aku sekolah dianter jemput pak ujang, beberapa hari ini kak Rendi yang getol nganter jemput aku. entah sejak kapan kebiasaan ini mulai berlaku. Yang jelas, kebiasaan kak Rendi yang suka nganter jemput aku, itu membawa kebahagiaan sendiri buat pak ujang karena berkat kak Rendi, pak ujang jadi makan gaji buta. Wuaaaa… aku bilangin papa loh. :p
            mobil Honda jazz silver berhenti di depanku. Aku tersenyum menyambut seseorang yang keluar dari mobil itu.
            “hai. Uda lama nunggunya?” tanya kak Rendi. aku menggeleng.
            “engga kok. Baru aja keluar.”
            “ok. aku on time berarti. Ayo.” Kak Rendi membukakan pintu untukku. Aku mengangguk.
            “nanti satnite kan. ayo kita jalan.” Ajak kak Rendi to the point.
            “mo kemana? kayaknya ga ada moment special deh.” Tanyaku.
            “kemana aja. nonton, main di time zone, ato hunting maKanan enak mungkin?”
            “um,, terserah kakak aja deh.” Jawabku santai. Kak Rendi mengangguk.

***

            aku sedang bersiap-siap di kamarku. Karena kak Rendi udah kuliah, mungkin aku harus mengimbanginya dengan merubah style ku. Jadi, Malam ini aku memutuskan memakai dress mini warna dark grey dengan pita dan sepatu yang senada dengan dress ku.
            Aku janjian dengan kak Rendi jam 19.00. kak Rendi jemput aku ke rumah. Sekarang uda jam 18:45, pasti kak Rendi lagi otw. Ini bukan pertama kalinya aku jalan sama kak Rendi. dulu sebelum kak Rendi jadian sama Sonia, kita sering hang out bareng. Nge-pump, nonton, maen di time zone, ke kebun binatang, pantai, puncak, pokonya seru-seruan deh. Setelah kak Rendi jadian sama Sonia, kita lebih sering jalan bertiga. Jadi, waktu tadi kak Rendi ngajakin jalan, aku sih asik-asik aja. toh juga uda biasa.
            ‘tiiinn… tinn…’ ga salah lagi. pasti itu mobilnya kak Rendi. aku beranjak keluar kamar. Sebelumnya, aku semprotkan dulu parfum ke leher dan pergelangan tanganku.
            “cantik banget. kamu ga takut aku suka sama kamu?” goda kak Rendi setelah aku duduk di sampingnya.
            “emang bisa yah?” aku ganti menggodanya.
            “aku kan cowo normal. Kenapa engga.” Kak Rendi mengangkat bahunya. Lalu mulai menjalankan mobilnya.
            *skip…
            Aku dan kak Rendi memutuskan untuk nonton disebuah mall. Berhubung film yang akan kami tonton baru mulai 1 jam lagi, akhirnya aku dan kak Rendi memutuskan untuk menunggunya sambil main di time zone yang ada di lantai 2.
            Kak Rendi menggandeng tanganku dan menuruni escalator bersama. Kali ini aku rada salting. Meskipun kita sering jalan berdua,, tapi kalo gandengan tangan beginiii…
            “biar lebih enak diliat orang. Kan aneh, kalo ada cewe mungil ngintil di belakangku, tar dikira aku bawa tuyul lagi.” goda kak Rendi sambil menggenggam tanganku.
            “ye kakak… mana ada tuyul yang cantik begini.” kataku sok.
            “ya ada lah. Ya kamu itu tuyulnya. Tuyul yang telah mencuri hatiku.” kak Rendi nge gombal.
            “oooooooooo…” timpalku sok sweet.
            “kamu mau main apa?” tanya kak Rendi begitu kita sampai di depan time zone.
            “um,,, aku mau…”
            “eh, sof. Bentar deh.” Kak Rendi memotong kalimatku, lalu mengeluarkan hp nya yang berdering dari saku celananya.
            “halo?” kak Rendi menjawab telfonnya.
            Aku yang ga tertarik denger percakapannya kak Rendi memilih untuk mengedarkan pandanganku ke sekililing mall. Beberapa pernak-pernik dan dekorasi natal mulai dipasang di mall ini. aura natal mulai terasa, padahal mah natalnya masih sebulan lagi.
            di samping time zone ada kios permen yang cukup menggugah seleraku. Ada gulali, loli pop, dan… permen kapas. Ah, permen kapas. Jadi inget sama Izal deh. Kalo aja kecelakaan itu ga terjadi, pasti aku udah abisin permen kesukaanku itu bareng Izal sambil ngerayain hari jadi kita. Tapi kenyataannya…
hus…!!! Lupain. Ga ada gunanya inget-inget kejadian itu lagi. semuanya uda terjadi. Keadaannya juga uda berubah. Perubahannya terlalu cepat sampe-sampe aku sendiri ga ngerti kenapa semuanya bisa terjadi. Izal uda jadi milik Sonia sekarang. ga seharusnya aku inget-inget dia lagi. aku emang uda bisa terima kenyataan kalo Izal uda jadian sama Sonia. tapi jujur, kadang aku masih berharap kalo Izal bisa kembali sama aku. tapi, udahlah. Aku bukan tipe cewe yang hobi nyerobot cowo orang. Aku harus konsisten dengan kata-kataku. Dan mungkin mulai sekarang, aku harus belajar buat lupain Izal.
            “Sof,,?” suara lembut kak Rendi menyadarkanku.
            “eh, kakak uda selesai telfonnya?” tanyaku rada-rada ling lung gara-gara nglamun tadi.
            “udah. Um,,, Sof, kita keluar sebentar gapapa yah. tadi temen aku telfon, sepatu footsall nya ketinggalan dibagasi mobilku, mo di pake maen sama dia. harus dianterin kesana.” Jelas kak Rendi.
            “ya udah. Aku gapapa kok. Emangnya temen kakak sekarang lagi dimana?”

***

            @extensa footsal club
            “gue break bro!!” Izal mengangkat tangannya lalu berjalan ke pinggir lapangan.
            “ok!! Troy lo masuk” teriak Rama yang masih bermain di lapangan. Troy mengambil botol air mineral dari tangan Kana. Menenggaknya sampai habis lalu berlari ke lapangan bermain bersama Rama.
            Izal duduk di samping Kana, tempat yang di duduki Troy tadi.
            “minum dong.” pinta Izal pada adik sepupunya yang manis itu.
            “yah, yang ini diabisin Troy. Sinta, minta minumnya dong.” pinta Kana pada Sinta yang duduk di sampingnya. Sinta merogoh tas tangannya dan mengambil sebotol air mineral yang masih utuh.
            “nih!!” kata Sinta seraya menyerahkan botol itu pada Kana. Kana membukakan segelnya.
            “nih kak.” Kana menyerahkan botol air mineral yang sudah terbuka. Izal langsung menenggaknya sampai habis.
            “lo ga ikut maen?” tanya Izal pada Marco yang duduk di sampingnya.
            “maen, tapi bentar. Nunggu sepatu gue, ketinggalan di mobilnya Rendi. nah tu dia orangnya.” Marco menunjuk Rendi yang baru saja muncul dari pintu masuk. Rendi ga sendirian. Dia datang bersama cewe cantik memakai dress berwarna dark grey.
            “Sofi?”


to be continue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar