aku kejar tayang...
buat yang uda nunggu next part-nya,
nih, langsung aku posting.
happy reading... :D
***
“zal,,,” sonia menggantung kalimatnya. Dia tampak masih ragu. Izal mengangkat alisnya tak mengerti.
“apa?” tanya izal yang tak sabar karena sonia tak kunjung melanjutkan kalimatnya. Sonia menarik nafas panjang.
“zal, kita putus aja yah.” kata sonia to the point.
“putus?” izal mengernyit. Sonia mengangguk.
“gue uda cape zal. gue ga sanggup lagi jalanin semuanya. gue uda cukup
sabar buat ngadepin lo, tapi lo ga pernah peduli sama perasaan gue. yang
ada di kepala lo Cuma sofi,, sofi,, dan sofi. lo ga pernah coba nengok
ke belakang dimana gue berdiri dan nungguin lo.” jelas sonia panjang
lebar.
“maaf kalo gue uda bikin lo sakit. yang jelas sejak awal gue uda bilang…”
“iya gue tau.” sonia memotong kalimat izal. “gue yang seharusnya minta
maaf sama lo zal. maaf yah, udah misahin lo sama sofi. maaf karena gue
uda egois sama lo.” lanjut sonia.
“iya. ya udah lah. Semuanya uda berakhir kan sekarang. ga ada yang perlu di maafin lagi.” izal mengelus rambut sonia.
***
Drrt… drrt… drrt… hp izal diatas bedside table bergetar, membuyarkan semua lamunan izal. ada sms…
From: Sonia
Heh,, tan, mantan :D
Izal tersenyum membaca sms dari Sonia. lalu menekan keypad hp nya, mengetikkan balasan untuk sonia.
To: Sonia
Haha… apa? tan, mantan? :p
Izal kembali merebahkan tubuhnya. Matanya menerawang memandang langit-langit kamarnya.
Ga nyangka. Akhirnya hari ini datang juga. izal uda putus sama sonia.
sekarang dia bebas. Rada aneh juga sih rasanya. Mungkin, setelah ini
akan ada perubahan kecil dalam hidupnya. Ga akan ada lagi sonia yang
selalu mengikutinya kemanapun dia pergi. Ga akan ada sonia yang bawel
dan kadang rese. So what? Kehilangan kah?
***
Aku menggeliat malas diatas tempat tidurku. Aku melirik jam digital yang ada di atas bedside table. Friday, 23/12/2011 05:47 am.
Ini jum’at yah? pantes aja, rasanya males banget. huaaahhmmm… aku
menguap lalu beranjak dari tempat tidurku, mengambil jas mandi dari
dalam lemari dan…
‘whusss’… aku menyalakan shower kamar mandiku. Rasanya lebih segar setelah air dingin ini membasahi seluruh tubuhku.
30 menit kemudian…
aku berdiri di depan meja riasku dan sudah berseragam lengkap. Tinggal
sarapan sambil nunggu kak rendi jemput, berangkat deh. Aku meraih hp ku
lalu berjalan keluar kamar.
“kejutan……!!”
Langkahku terhenti, mataku membulat melihat papa, mama, dan kak theoo yang sudah berada di meja makan.
“papa? Mama? kak theoo?” teriakku senang, tanpa basa basi lagi aku langsung menuruni tangga, bergabung dengan mereka.
“sofi kangen banget sama papa sama mama…” aku bergelayut manja di leher
papa dan mama ku sambil mencium mereka. lalu berlari menghampiri kak
theoo. “kangen sama kak theoo juga. (cup)” aku memeluknya lalu mencium
pipinya.
“ish, dede, dibilangin jangan cium-cium sembarangan juga…” protes kak theoo sambil mengusap pipinya. Aku nyengir.
“papa sama mama kok ga bilang-bilang sih kalo mau pulang? Kan aku bisa
jemput ke air port.” Tanyaku sambil duduk di kursi disamping kak theoo.
“kan kejutan sayang. masa’ kejutan bilang-bilang.” Jawab mama.
“iya. dong-dong banget sih si dede.” Kak theoo mengacak-acak rambutku.
Aku memukul tangan kak theoo sambil merapikan kembali rambutku.
“kok tumben banget. emang papa sama mama ga sibuk?” tanyaku lagi.
“proyeknya udah hampir selesai. Jadi ga terlalu sibuk, bisa nyuri waktu
buat pulang. Kebetulan mo ngajak kalian liburan juga.” jelas papa.
“liburan?”
***
“jadi… weekend ini kita liburan ke anyer. Sekalian rayain ulang
tahunnya rendi.” jelas tante lisna pada anak-anaknya sambil mengambilkan
sandwich untuk om rudi.
“liburan ke anyer?” gumam rendi dan izal nyaris bersamaan.
“betul kata mama kamu. dan kali ini kita perginya rame-rame. Papa udah
calling keluarganya Sofi, mereka setuju untuk liburan sama kita. Lama ga
liburan bareng begini. sekalian reuni.” Lanjut om rudi
Rendi tersenyum sinis mendengar penjelasan papanya. Sementara izal ekspresinya sulit diartikan.
***
“haaaah,, terlalu banyak fikiran, gue sampe lupa kalo minggu ini kak
rendi ulang tahun.” aku Meletakkan tasku di meja lalu bersandar di
kursi.
“jadi, keluarga lo sama keluarganya kak rendi mo
liburan bareng? Seru dong kalo gitu. Dua keluarga yang anaknya pacaran
liburan bareng. Jangan-jangan mo sekalian nentuin tanggal.” Goda Susan.
“ish, ngaco lo!” aku menjentulkan kepala Susan dengan jariku. Susan nyengir sambil menggosok-gosok pelipisnya.
Kalo keluarga ku sama keluarganya kak rendi liburan bareng… berarti
disana bakalan ada Izal juga. arrrgghh, kenapa sih dunia ini sempit
banget. lagi-lagi harus kejebak bersama orang yang sama dalam sebuah
keadaan yang sama pula. Bodo ah, toh sekarang aku bisa lebih santai
ngadepin izal. perlahan, aku bisa lepasin dia meskipun kadang masih
kebayang sama kenangan saat bersamanya.
“ya udah deh, gue
pulang duluan yah. sekaligus mo beli kado buat kak rendi.” aku
menegakkan tubuhku lalu berdiri sambil menggendong tas punggungku. Susan
mengangguk dan ikut berdiri bersiap untuk pulang.
***
Susan berdiri di depan pos mbah Mario, seperti biasa dia sedang menunggu bundanya yang kali ini menjemputnya.
‘tin… tin…’ sebuah mobil sport merah berhenti di depannya. Ini kan mobilnya…
“hey, mau bareng?” tanya sonia dari dalam mobilnya. Sonia ngomong sama
siapa? Susan yang bingung, menoleh kekanan dan kiri dengan tampang
polosnya, mencari orang yang diajak ngomong sonia, tapi disana ga ada
siapapun kecuali dia.
“kok bengong?” sonia mengernyit.
“eh? lo ngomong sama gue?” tanya susan bingung.
“engga. Gue ngomong sama posnya mbah Mario. Ya iya lah gue ngomong sama
lo. bunda lgi sibuk di kampus, kasian kalo dia harus bolak-balik
rumah-sekolah-kampus Cuma buat jemput lo doang. Buruan naik gih.” Sonia
mengedikkan kepalanya melirik jok disampingnya yang kosong.
“lo ga takut anak-anak tau kalo kita sodaraan?” tanya susan sambil memakai sabuk pengamannya.
“engga. Sodaraan sama lo bukanlah aib yang harus ditutupi.” Jawab sonia santai sambil melajukan mobilnya.
Susan tersenyum kecil mendengar jawaban sonia. dia tau, adiknya ini udah banyak berubah.
“susan…” panggil sonia lirih.
“apa?” tanya susan.
“makasih yah.” jawab sonia singkat.
“makasih buat apa?” susan tak mengerti.
“ya… buat semuanya. gue baru sadar, kalo sebenernya gue beruntung
banget punya sodara kayak lo. selama ini lo selalu berusaha ngebuka
fikiran gue, lo selalu ingetin gue kalo gue lakuin kesalahan. Padahal,
saat lo lakuin itu, yang gue lakuin Cuma maki-maki lo. gue mikir kalo lo
itu rese, gue benci sama lo, padahal lo ga pernah jahatin gue. malah
gue yang sering buat salah sama lo.” jelas sonia.
“iya. itu karena gue sayang sama lo. gue ga mau sodara gue jadi orang yang jahat.” Jawab susan.
“susan…” panggil sonia lagi.
“hemm?”
“gue mau ke amerika.”
“hah? Amrik?” susan terkejut mendengar kalimat sonia. awalnya susan
berharap menemukan tawa di wajah sonia pertanda kalo dia bercanda, tapi
kok ekspresinya serius banget yah. jangankan ketawa, senyum pun engga.
“lo ga lagi bercanda kan?” tanya susan. Sonia menggeleng.
“gue pengen hidup di Negara baru, sebagai seseorang yang baru. Terlalu banyak luka disini.” jawab sonia.
“tapi kenapa harus amrik? Kan jauh banget sonia… ayah sama bunda udah tau?”
“he.em. tadi malem gue cerita sama mereka. awalnya sih mereka nolak,
ayah sama bunda ga mau gue jauh-jauh dari mereka. tapi gue terus bujuk
mereka dan ceritain semuanya. akhirnya mereka setuju. Ayah udah calling
uncle Lewis buat ngurusin berkas-berkas sekolah gue disana, dan ayah
tadi uda dateng ke sekolah buat nggurus kepindahan gue. selain itu, gue
juga ketemu riko.”
“riko? Riko,, temen SMP kita dulu?”
***
“haha… beres lah joe. Semuanya uda siap. Kita tinggal berangkat aja…”
Izal melihat papanya sedang asik menelfon di balkon, pasti telfonan
sama papanya sofi. izal geleng-geleng kepala, lalu berjalan ke kamarnya.
“… hadiah? Um… apa yah? apa aja kalo dari kamu aku suka.”
Izal menghentikan langkahnya di depan pintu kamar rendi yang sedikit
terbuka. Rendi juga lagi telfon. dari nadanya, pasti dari Sofi.
Sofi,, ngomong-ngomong, besok izal bakalan liburan sama dia. seneng
sih, tapi kalo inget soal hubungannya sama rendi,, jadi males. Sama
rendinya itu loh… aaarrggghhh.
Izal merebahkan dirinya di sofa kamarnya. Memeluk boneka berbentuk kepala tazmania yang super duper besar.
“izal, koper kamu mana? Biar ditata di bagasi sama pak engkus. Besok tinggal berangkat.” Tanya tante lisna.
“izal belum packing-packing ma.” Jawab izal dengan mata terpejam.
“belum packing-packing gimana? Kamu ini gimana sih zal, yang lain uda
siap, kamu masih santai-santai aja.” omel tante lisna. “ya udah, biar
mama packin baju kamu. kamu istirahat aja, besok kamu yang nyetir.” Kata
tante lisna sambil membuka pintu lemari izal dan mengeluarkan beberapa
isinya.
***
Kak rendi menghentikan
mobilnya di depan sebuah resor. tak lama kemudian mobil papa dan izal
juga menyusul. kata papa resor ini milik keluarganya izal. aku dan kak
rendi memasuki resor dengan arsitektur bergaya eropa itu.
“wah,,, disini indah banget…” aku berdiri di taman belakang resor.
disini ada kolam renang besar yang saling berhubungan dengan kolam
renang disisi lain resor ini. itu sih biasa. Yang luar biasa adalah kita
bisa melihat pemandangan pantai dari sini. Tebing, awan, ombak, dan
pasirnya terlihat jelas dari tempatku berdiri. Kalo malem, suasananya
pasti romantic.
“nanti malem kita bakalan pesta barbeque disini.” kata kak rendi yang berdiri di sampingku.
“pasti keren.” Sahutku. Kak rendi tersenyum sambil mengacak rambutku.
“masuk dulu yuk. Istirahat, cape. Tar sore kita jalan-jalan di pinggir
pantai, trus liat sunset.” Kata kak rendi. aku mengangguk bersemangat.
Aku berjalan ke ke kamarku. Anak-anak semuanya dapet kamar yang ada di lantai dua. Dan aku mendapatkan posisi kamar yang istimewa. H’h istimewa. Ya istimewa. Kamarku terletak diantara kamar kak rendi dan Izal, sedangkan kamar kak theoo berhadapan denganku. Istemewa banget kan.
Aku meletakkan handbag dan hp ku di meja rias. Lalu berjalan ke arah
balkon. Di sini pemandangan pantainya jauh lebih indah, dan anginnya
kerasa banget. aku merentangkan tanganku. Memejamkan mata, merasakan
desir angin yang membelai lembut tubuhku.
Aku melirik jam
tanganku. Waktu menunjukkan pukul 01.00 siang. Panas-panas gini kalo
mandi pasti seger. Aku beranjak dari balkon, masuk kamar lalu melepas
semua atributku, ganti pake seragam kebangsaan—jas mandi, dan siap
melakukan tugas Negara. *plak. Apasih GJ.
Aku berendam di bathtub lalu memejamkan mataku. Lilin aroma terapinya bikin rileks sekaligus ngantuk.
***
“aku siap!!”
Rendi
yang beberapa menit lalu menunggu sofi di depan kamarnya berbalik dan
menatap sofi. untuk sesaat rendi tertegun. Sofi manis banget. dengan
skirt pendek dari bahan ringan berwarna pink soft, kaos tipis berwarna
putih polos dengan model kerah sedikit memble memamerkan pundaknya yang
mulus, dan topi pantai yang senada dengan skirtnya.
“hey,
kakak. kok malah bengong sih!! katanya mo jalan-jalan di pantai. Ayo!!”
kata sofi sambil mengguncang lengan rendi, menyadarkan rendi yang
terpesona dengan penampilannya.
“eh, iya. ayo.” Jawab rendi sedikit ling-lung. Sofi melingkarkan tangannya di lengan rendi.
“kakak,, tungguin!!” teriak sofi sambil berlari menenteng sepatunya. Rendi dengan sabar menunggunya.
“si mungil ini. lama-lama aku buang ke pantai juga deh.” Ledek kak rendi.
“berani gitu?” sofi nyolot.
“siapa takut. Ayo sini!!” rendi menarik.
“hey… kakak… ish!!” sofi menarik tangannya dan berlari mendahului rendi. rendi mengejarnya.
“hey… kamu jangan lari!!”
“hahaha…” sofi melemparkan sepatu dan topinya ke pasir lalu berlari ke
pinggir pantai hingga ombak menyentuh kakinya. “nih, rasakan serangan
ku. Sofia si pengendari air!! Byur… byur… byur…!!” sofi menyipratkan air
kearah rendi.
“awas kamu yah!! rasakan serangan
balasanku!!” rendi balas menyipratkan air kearah sofi, membuat kaos dan
rambutnya basah semua. Mereka saling menyerang satu sama lain, terlihat
bahagia meskipun sesekali saling mengejek. Siram-siraman air,
kejar-kejaran, apa saja yang bisa membuat mereka senang dan tertawa
lepas.
Disisi lain, ada sepasang mata yang mengawasi mereka. memandang nanar dengan hati yang terluka.
***
Aku dan kak rendi duduk di tepi pantai. Setelah lelah bermain, kami
memutuskan untuk mengeringkan baju yang basah karena bermain air tadi
dengan berjemur di bawah terik matahari sore. Bajuku dan kak rendi uda
kering. Langit pun uda berubah warna menjadi jingga kemerahan. Sunset.
Aku menyandarkan kepalaku di lengan kak rendi. kenapa di lengan? Karena kalo di bahu ketinggian. Aku ga nyampe :p.
“kakak,,, langitnya indah…” kataku lirih sambil memandang lurus kearah matahari terbenam.
“iya. indah. kayak kamu.” jawab kak rendi. kak rendi menatapku lekat.
Aku balas menatapnya dengan tatapan polos. Perlahan, kak rendi
mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku mulai grogi. Aku berusaha
menghindar tapi kak rendi mengunci tubuhku. Omigosh,,, aku harus gimana.
Merem aja deh.
“dede…!!” aku mendengar suara kak theoo
memanggilku. Ini pertama kalinya aku bersukur pada kemunculan kak theoo
yang tiba-tiba. Syuhh… aku selamat…
Kak rendi melepaskan dekapannya tampak salting. Aku beranjak dari tempatku dan berlari menghampiri kak theoo.
“kakak……” mengalungkan tanganku dilehernya dan memeluknya.
“ish, dede apa-apaan sih. ga malu apa diliatin pacar kamu tuh. Tar dia cemburu lagi sama kakak.” goda kak theoo.
“gapapa. sekali-sekali aku pengen liat kak rendi cemburu.” Jawabku
santai sambil bergelayut manja di lengan kak theoo, kak rendi
menghampiriku lalu mengacak-acak rambutku.
“ya udah, ayo balik ke resor. di cariin mama tuh. Katanya mo pesta bbq.” Kata kak theoo sambil menggandengku pulang.
*skiiip…
Papa, mama, tante lisna, om rudi, kak theoo, kak rendi, izal, dan aku,
kita semua berkumpul ditaman belakang resor. menikmati acara pesta bbq
kami. Papa dan om hendro seksi kipas-kipas dan perapian, sedangkan mama
dan tante lisna seksi peracikan bumbu, kak theoo, kak rendi, dan izal
seksi icip-icip. Kak theoo yang paling maruk. Bilangnya Cuma nyicip
doang, taunya sepiring abis dimakan dia sendiri. ckckck… nah, sedangkan
aku disini seksi… um… seksi… seksi sekali. Hahaha. Engga deng. Aku
kadang bantuin papa kipas-kipas, kadang-kadang juga bantuin mama, tapi,
aku paling sering banatuin kak theoo—bantuin makan :D.
Kita
semua bersenang-senang malam ini. ga krasa waktu uda nunjukkin pukul
11:45 malam. Pelayan resor datang membawakan nampan berisi kue ulang
tahun untuk kak rendi. kue coklat yang penuh dengan stoberi diatasnya
dengan lilin berbentuk angka 2 dan 0 yang ditancapkan ditengah kue.
Happy b’day to you
Happy b’day to you
Happy b’day…
Happy b’day…
Happy b’day to you…
Kami menyanyikan lagu ulang tahun untuk kak rendi.
“eh, kakak… udah waktunya nih. ayo make a wish!!” kataku mengingatkan.
“beneran udah yah?” tanya kak rendi. aku mengangguk. kak rendi
memejamkan matanya sejenak. tak lama kemudian kak rendi membuka matanya,
lalu meniup lilin ulang tahunnya.
Plok… plok… plok… kami semua bertepuk tangan.
“selamat ulang tahun yah sayang…” tante lisna mencium pipi kak rendi.
“makasih ma…”
“selamat ulang tahun. Jagoan papa.” Om rudi menepuk pundak kak rendi lalu memeluknya. Kak rendi tersenyum.
Aku melihat izal melangkah canggung mendekati rendi. lalu mengulurkan tangannya,,
“selamat ulang tahun ya kak.” Katanya lirih.
“thanks” jawab rendi singkat sambil menjabat tangan izal.
“hey, bro. happy born day yah. gue ga bisa ngasih kado apa-apa. lo
boleh ambil ade gue aja tuh sebagai gantinya. Kebetulan dia juga uda
pake pita di rambutnya. Pas kan. kayak kado.” Goda kak theoo. Aku
melotot sambil mencubit perutnya. Kak theoo meringis kesakitan.
“selamat ulang tahun ya rendi.” kata papa dan mama bersamaan. Mama
mencium pipi kak rendi. sedangkan papa memeluknya. Kak rendi
berterimakasih.
Dan sekarang giliranku. Dengan sedikit malu-malu, aku berjalan mendekati kak rendi.
“um,, selamat ulang tahun ya sayang. semoga kamu tambah dewasa. Tambah
pinter. tambah ganteng. Tambah… tambah… tambah apalagi yah? tambah
segalanya aja deh. Asal jangan tambah jahat dan tambah jelek.” Kataku
yang langsung mengundang tawa dari orang-orang yang ada disana.
Aku mencium tangan kak rendi. lalu memeluknya. Kak rendi mencium kening
dan pipiku. Pipiku merona. Ah,, malu banget sama papa sama mama. sama
om dan tante juga.
“hahaha… harusnya kemarin beli cincin dulu yah, biar mereka sekalian tunangan.” Kata om rudi.
Papa dan mama tertawa. Aku dan kak rendi Cuma bisa garuk-garuk kepala.—salting.
***
Pesta perayaan ulang tahun kak rendi yang ke-20 telah usai. Waktu
menunjukkan pukul 02.00 pagi. Suasana udah sepi karena orang-orang udah
pada tidur.
Sofi duduk sendiri di pinggir kolam renang
resor. Bara sisa pembakaran daging di acara barbeque tadi masih menyala
dan menyebarkan kehangatan disekitarnya. dia menyeruput coklat panas
dari cangkirnya. Karena sepanjang perjalanan tadi dia terus-terusan
tidur, akibatnya uda selarut ini sofi masii belum ngantuk sedikitpun.
Tadi sih masii di temenin sama Rendi, tapi setengah jam yang lalu rendi
bilang kalo dia ngantuk, sofi menyuruhnya untuk tidur, meskipun sempet
ngotot mo nemenin, tapi akhirnya rendi KO juga. sofi bisa mengerti,
rendi pasti sangat lelah karena sepanjang perjalanan dia menyetir
mobilnya sendiri.
Sofi memandang langit malam yang cerah.
Bulan purnama terlihat jelas dari tempatnya dengan bintang-bintang yang
seolah-olah terlihat berkedip padanya. Hatinya terasa damai mala mini.
Sofi tak pernah menyadari bahwa ada bahaya yang sedang mengancamnya.
Di balkon lantai 2 seorang laki-laki berdiri dengan pot bunga di
tangannya tepat diatas kepala sofi. sepertinya laki-laki itu berniat
menjatuhkan pot bunga yang di bawanya dan menargetkannya pada sofi.
Izal baru 15 menit tidur. Insomnianya kambuh lagi. izal bersusah-payah
untuk memejamkan matanya dan meraih pulai mimpinya. Berhasil sih, tapi
sesuatu membangunkannya. Dan menyeretnya pulang dari pulau mimpi *padahal baru aja turun dari perahu dan liat sofi lagi duduk di pinggir pantai menunggunya. Aarrgghh.
Berhubung ga bisa tidur lagi, akhirnya Izal memutuskan untuk
jalan-jalan Di taman belakang resor bekas pesta kak theoo tadi. Disana
anginnya sejuk.
Sofi baru saja meletakkan cangkir coklat
panasnya yang kini telah kosong diatas meja. dia melihat izal yang baru
saja keluar dari dalam. Izal tersenyum kecil padanya lalu berjalan
kearah sofi.
Tangan itu mulai melepaskan pot bunga yang di bawanya. Beberapa detik lagi pot itu akan jatuh tepat menimpa kepala sofi.
Lihat zal. lo harus tau gimana rasanya liat cewe yang lo sayang mati di depan mata kepala lo sendiri.
to be continue...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar