Kamis, 26 Januari 2012

.:: Eeniee Meeniiee ::. pt. 23 end B "revisi"

ayeyey!! aku kembali.. :)

langsung aja deh...
aQ posting..

happy holliday,,
happy satnite,,
happy reading,, :)

***

“hahaha… Bravo! dua sodara sekelas kalian, berantem demi rebutin cewe ini. ckckck… ternyata kuat juga yah, pesonanya dia.”
      tawa seseorang menghentikan perkelahian Izal dan Rendi. cowo itu tak jauh dari mereka, membekap sofi dengan sapu tangan di tangannya, dan tangan satunya lagi mengacungkan pisau di leher Sofi.
      “Sofi!!”
      “Gading!! Apa-apaan lo?! lepasin dia!!” jerit Izal marah. Menatap cowo sebayanya yang juga satu sekolah dengannya.
      “apa? lepasin dia? ok. gue bakalan lepasin dia, tapi nanti. Setelah dia MATI. Hahahaha” Gading tertawa seperti orang kesetanan.
      Fb-on
      “…hey, bro! gimana kalo tar sore kita latihan. Besok tanding sama anak Bina Bangsa. Gimana?” tanya Rama sambil menyomot kentang goreng dari piring troy.
      “ikut latihan bisa sih. tapi kayaknya tandingnya engga deh.” Jawab izal.
      “kok gitu?”
      “yea,, besok gue mo ke anyer, rayain ultahnya kakak gue. ada sofi juga disana.”
      Gading yang duduk tak jauh dari mereka, tersenyum sinis mendengar kalimat Izal.
      …
      Gading memarkir mobilnya tak jauh dari rumah Izal, tak lama kemudian mobil keluarga Izal keluar melewati gerbang tinggi rumahnya. Gading mengikuti mobil itu.
      …
      keluarga Izal dan Sofi sedang berkumpul di taman belakang. Gading menyelinap masuk ke resor lewat pintu belakang yang menuju ke pantai. Tanaman hias yang rimbun dan suasana yang gelap memudahkannya menyusup tanpa ketahuan.
      …
      “Lihat zal. lo harus tau gimana rasanya liat cewe yang lo sayang mati di depan mata kepala lo sendiri.” Gading tersenyum sinis melihat Izal yang berjalan menghampiri Sofi.
      Gading melepaskan pot bunga yang sedari tadi di genggamnya. Beberapa detik lagi pot bunga itu akan jatuh tepat menimpa kepala Sofi.
      Tapi…
“Sofia…!! AWAS!!!” teriak izal yang sadar dengan bahaya yang terjadi. Izal berlari dan segera menarik Sofi.
BRAK!! Pot bunga itu jatuh. Alih-alih menghantam Sofi, pot bunga itu jatuh menghantap cangkir kosong bekas coklat panas yang sofi letakkan diatas meja.
“ARRGGHHH SHIT!” umpat Gading. Lalu pergi meninggalkan resor sebelum keluarga Sofi dan Izal menyadari keberadaannya.
Fb-off
“lo harus rasain gimana rasanya liat cewe yang lo sayang mati di depan mata kepala lo sendiri. kayak gue yang liat dan ga bisa nyegah Alice bunuh diri gara-gara frustasi sakit hati sama lo, sekarang, lo juga harus liat sofi mati dihadapan lo tanpa bisa nyegah gue yang bakal bunuh dia.” lanjut Gading sambil mengusapkan belatinya dipipi Sofi, tatapan matanya liar.
“jangan bilang, pot jatuh tadi itu juga kelakuan lo.” kata rendi dingin.
“yup!! ternyata lo emang lebih cerdas dari ade lo. emang gue yang jatuhin pot tadi. gue pengen bunuh cewe ini, tapi ade lo yang KEPARAT itu udah gagalin rencana gue. ANJING emang.” Cibir Gading.
“hahaha… brilliant! Salut gue sama keberanian lo men,, ternyata ada juga orang ngewakili niat gue buat matiin nih cewe.” Rendi tertawa sinis sambil menggedikkan kepalanya kearah Sofi yang tak sadarkan diri, karena terbius obat yang sudah di teteskan ke sapu tangan yang digunakan Gading untuk membekap Sofi.
Gading menatap Rendi heran begitu juga dengan Izal. apa-apaan nih? mereka kerja sama? Batin Izal.
“si Izal itu emang BAJINGAN. Tenang, gue di pihak lo. udah, matiin aja cewe nya. Biar dia tau rasa!” lanjut Rendi.
“Apaan lo kak. Lo beneran sekongkol sama dia?! BRENGSEK lo.!” Izal geram.
Rendi melirik Izal sinis lalu berjalan mendekati Gading yang masih terlihat bingung tapi sesaat kemudian dia tersenyum puas. Tadi waktu lagi sembunyi, dia ga sengaja denger pertengkaran Rendi sama Izal. Gading tau Rendi punya dendam yang sama sama Izal. dan dia bakalan jadi partner yang baik buat balas dendam sama Izal.
“h’h, lo kakak ade sama aja BAJINGANNYA. Tapi gue suka gaya lo, Ren. Lo malah uda nyuri start duluan buat ngasih pelajaran tu anak. Pake cara enak lagi. lo udah dapetin apa aja dari ni cewe?!” Gading mengangkat alisnya. Rendi tersenyum kecil. Izal mengepalkan tinjunya menahan amarah.
“ngomong-ngomong, ni cewe bagus juga, lumayan nih buat temen pesta bentar. Gimana kalo sebelum kita bunuh, kita pake dulu dia. sayang nih…” lanjut gading sambil menatap tubuh mungil sofi penuh nafsu.
“SAIKO lo!! berani lo nyentuh apalagi nyakitin dia. gue pastiin besok lo ga bakal liat matahari lagi.” gertak izal sambil berusaha memukul Gading, tapi rendi menahannya, memelintir tangan Izal ke belakang tubuhnya, izal meronta mencoba melepaskan diri tapi Rendi mengunci tubuhnya dari belakang. Gading tersenyum puas melihatnya.
“maen sama cewe pinsan mana asik. Perek yang lebih HOT dari dia aja masih banyak tuh di perempatan jalan. Maen sama cewe gitu mah, sama aja kayak maen sama guling.” Kata rendi sambil berusaha tetap mempertahankan Izal.
      “arrrghhh!! Brengsek lo kak. Lepasin gue…” izal geram.
      “eh, bangsat! gue ga punya masalah sama lo. Alice? Siapa dia gue aja ga kenal. Kalo lo emang pengen berantem sama gue, sini maju. Satu lawan satu. Banci lo beraninya sama cewe doang. Sofi ga tau apa-apa. kalo lo emang punya dendam sama gue, bunuh aja gue, asal lo lepasin Sofi!!” teriak Izal.
      “ALICE? Lo bilang ga kenal Alice sementara dia selama hidupnya selalu muja-muja lo, bahkan dia matipun gara-gara lo! BANGSAT lo emang! H’h gue ga nafsu buat bunuh lo. misi gue disini Cuma buat matiin cewe ini di hadapan lo. gue pengen lo rasain sakitnya. Dan sekarang, siap-siap ucapin selamat tinggal sama cewe kesayangan lo ini.” gading mengusapkan belatinya di pipi sofi, ujung belatinya sedikit menggores pipi Sofi dan melukai pipi mulusnya.
      “Gading!! Arrrghhhh… kak lepasin gue!! Gading, jangan sakiti Sofi!! Bajingan lo. arrrgghhhh…” teriak izal geram sambil berusaha melepaskan diri dari rendi yang tetap menahannya.
      “hahahaha… mungkin lo punya pesan terakhir buat cewe lo, sebelum dia mampus dan pergi ke neraka, eh?” tanya gading yang sudah mengangkat belatinya dan membidikannya ke jantung sofi.
      “GADING!”
      Gading mengangkat alisnya, menatap izal yang benar-benar sudah berada di level puncak kemarahannya. Gading tersenyum sinis. Melihat izal seperti itu, membawa kepuasan tersendiri baginya. Karena itu menunjukkan betapa berartinya Sofi untuknya, dan akan lebih mudah untuk menghancurkannya.
      “jadi ga ada nih? ok, kalo gitu siap-siap say good bye sama cewe kesayangan lo ini… tiga… dua…” gading menekankan belatinya di dada sofi lalu mengangkatnya lagi, menekankannya lagi, lalu mengangkatnya lagi.
      “GADING… jangan!! Arrrhh,, kak lepasin gue!! Gading!!”
      “satu!” gading mengangkat belatinya tinggi-tinggi lalu menurunkannya bersiap menusuk dan menghentikan detak jantung Sofi sambil tertawa liar melihat izal yang frustasi karena tak bisa melakukan apapun.
      “aarrrrgghhh… GADING!!!!!!”
      “hahahaha… (BUGH)”
      Seseorang memukul punggung Gading membuatnya tersungkur. Belatinya terlempar dari tangannya. sedanggkan sofi yang terlepas dari bekapan Gading dan masih dalam keadaan pinsan jatuh terkulai diatas pasir.
      “KEPARAT lo! berani-beraninya lo mau nyakitin ade gue!” teriak Theoo dengan tongkat baseball yang masih standbay untuk menghabisi gading ditangannya.
      “uhk… cuih!!” gading membuang liurnya yang bercampur darah sambil menepuk-nepuk dadanya. Dia mencoba untuk bangkit dan melawan. Rendi memasukan ponselnya kedalam sakunya lalu melepaskan tangan Izal.
      “bawa Sofi masuk cepet!! Gue sama theoo bakal urus kunyuk satu ini. cepet bawa dia!!” teriak rendi. lalu menghampiri gading. Menariknya berdiri, lalu memelintir tangannya di belakang tubuhnya.
      Izal mengusap pergelangan tangannya yang terasa sakit karena di plintir rendi, lalu segera mengampiri tubuh Sofi yang tergeletak di pinggir pantai, menggendongnya membawanya kembali ke resor.

***

      “papa… mama… om… tante…!!” teriak Izal dengan nafas tersengal karena berlari menuju resor sambil menggendong tubuh Sofi.
      “Izal?? kenapa? ada apa ini?” tanya tante lisna. Izal menidurkan tubuh sofi di sofa ruang keluarga sementara dia masih sibuk mengatur nafasnya.
      “astaga!! Sofi!! Izal Sofi kenapa??” tanya mama kaget lalu beranjak dari sofa lalu menghampiri Sofi, menyandarkannya di tubuhnya.
      “sofi,, bangun sayang. kamu kenapa?” mama menepuk pelan pipi Sofi. papa menghampiri tubuh sofi dan mengelus pipi kiri putri kesayangannya yang tergores dan berdarah.
      “Izal, perbuatan siapa ini?! kenapa sofi bisa begini?!” tanya papa yang berbalik menatap Izal.
      “iya Izal, jelaskan ada apa sebenarnya.” Desak om rudi.
      “ini, kamu minum air dulu biar lebih tenang.” tante lisna menyodorkan segelas air putih dingin pada izal yang tepar di sofa. Izal langsung menyambar gelas air dingin itu dan menenggak isinya sampai habis.
      “hosh… hosh… hosh… adah… orangh… shahat… diah… mauh… nyhelakhainh Sofih…” jelas izal dengan nafas yang masih ngos-ngosan, tapi lebih tenang dari sebelumnya.
      “orang jahat?” tanya papa tak mengerti.
      “dimana izal? trus rendi sama theoo dimana?” tanya om rudi.
      “phanthai… phanth… thai…” izal menunjuk ke arah pantai. *izal kalo lagi cape jadi alay gini ih. Hhahaha…
      “ya ampun,, pa, papa susul mereka gih, takut terjadi apa-apa sama rendi sama theoo. Mama panggil polisi sama dokter buat obatin Sofi.” kata tante lisna. Om rudi dan papa mengangguk lalu pergi.

***

      “lo siapa?” tanya Sofi jutek sambil diam-diam mengambil sikap siaga. Dia memegang erat buku yang dipeluknya. Kalo cowo dihadapannya ini macem-macem tinggal pukul aja.
      “gue Izal. anak smasanta juga.” Izal memperkenalkan diri.
      “belum pernah denger.” Kata Sofi jutek.
      “gue kapten NFC, tanding tiap sabtu sore di lapangan indoor sekolah.” Jelas Izal.
      “belum pernah liat.” Sofi tetep jutek. Izal mendengus kesal.
      “lo Sofia kan? anak 10-B?” Izal memastikan. Jangan-jangan cewe ini cumi-Cuma.mirip.
      “iya. kenapa?” Sofi masih jutek.
      “kelas kita tetanggaan. Gue anak 10-C. um,,, kalo disekolah suka pake headband.” Izal menyebutkan cirri khasnya.
      “ooooh… yang suka pake headband kayak orang migraine itu? yang sering dihukum mbah kong gara-gara ga pernah ngancingin baju?” tanya Sofi.
      “ish, lo mah… di kasih tau yang baik-baik lo malah bilang ga tau, giliran kejelekan gue aja lo afal banget.” gerutu izal. sofi menempelkan telapak tangannya di mulut, menyembunyikan senyumnya. Izal mendelik kesal. ‘Sialan, baru aja mau PDKT, tapi koreng gue uda di buka duluan.’ Umpat Izal.
      “ngomong-ngomong, sore-sore gini, ngapain lo disini?” tanya Izal.
      “mau tau aja. usil banget sih lo.” jawab Sofi jutek.
      “jutek amat sih. ya udah deh, gue balik aja.” kata Izal lalu men-stater mesin motornya.
      “eh, tunggu!!” teriak Sofi. Izal yang sudah menarik gas motornya, spotan langsung menginjak remnya. ‘ckiiiitttt’ bunyi gesekan aspal dan ban motor yang di rem mendadak cukup memekakkan telinga.
      “apaan?” tanya Izal setelah membuka kaca helmnya. Sofi berlari keci mendekati Izal.
      “eh, lo ga gentle banget sih. ninggalin cewe sedirian di tempat sepi surup-surup begini!” Sofi sewot.
      “maksud lo?” izal mengernyit.
      “ajakin bareng kek, ato apa lah…” kata malu-malu, tapi menutupinya dengan tampang nyolot plus juteknya.
      “ahahahaha… bilang aja lo mau nebeng. pake maki-maki gue segala.” Izal tertawa mendengar kalimat Sofi. sofi cemberut.
      “dari tadi gue nunggu taksi tapi ga ada yang lewat. Uda mo malem, gue takut disini sendirian.” Jelas Sofi. wajahnya merona. Entah karena malu atau…
      “ya udah, buruan naik gih.” Perintah izal sambil sedikit memajukan duduknya supaya sofi bisa duduk lebih nyaman. Tau sendiri kan bentuk jok motor sport kayak gimana. “udah belum?” tanya izal tanpa menoleh ke belakang.
      “he.em.” jawa sofi yang sudah duduk manis di belakang Izal.
      “kok ga kerasa. Rada nempel dikit ngapa? Cewe mungil kayak lo duduk minggir-minggir ntar kena angin terbang loh.” Ledek Izal.
      “ish, rese lo! omes!!” sofi memukul helm izal dengan kamus di tangannya. izal tersenyum kecil. “buruan jalan. Udah gelap nih, gue pengen pulang.”
      “yeey, lo nebeng berisik amat sih. untung lo cantik, kalo jelek uda gue kerek lo di tiang bendera itu. ya udah, gue mau ngebut nih, kalo lo ga mau jatoh, mending lo pegangan yang kenceng.” Izal mengingatkan.
      “ga mau. Bilang aja lo mau nyari kesempatan dalam kesempitan, iya kan.” jawab sofi nyolot.
      “terserah lo aja lah. Yang penting gue udah ngingetin lo.” izal menarik gas motornya. (bruum…) sofi hampir terjengkang dan langsung memeluk Izal. izal tertawa geli. Sofi cemberut mengutuk kelakuan izal. tapi tak lama kemudian dia tersenyum.

“gue FAIZAL SAPUTRA, berdiri disini, demi seorang cewe cantik yang berdiri disana itu… dia segaris lurus sama gue. Kalian bisa liat dia cantik banget…” Izal menunjuk Sofi. Semua mata tertuju padanya. Sofi nyengir kuda. Salting dan malu banget diliatin orang seantero jagat. Sofi Cuma bisa da-dah-da-dah liat orang menunjuk dan berbisik saat memandangnya mencoba menghubung-hubungkannya dengan Izal. Pengen lari, tapi Kakinya berasa beku.
      “…cewe itu namanya Sofia Pervita Somba. Dia cewe cantik dan unik yang uda mampu bikin hati gue cenat-cenut. Ok. mungkin bagi kalian omongan gue ini ga penting, tapi gue ga peduli. Gue Cuma pengen kalian semua tau, kalo gue suka banget sama Sofi. Gue suka, cinta dan sayang sama dia. Dan buat Sofi,,, gue mungkin ga bakalan ngedance alay kaya sm*sh buat nunjukkin betapa cenat-cenutnya hati gue, tapi gue punya lagu buat lo. Tetep stay disitu. Dan dengerin curahan hati gue…”

“tujuanku buat nembak kamu.” kak Rendi to the point.
      “yah, kalo di tembak aku mati dong. jangan deh kak,,, aku masih pengen hidup,,, pengen nemenin papa sama mama, nemenin kak theoo, nemenin kakak juga…” kata sofi ngaur. ‘Nembak? Iyakah? Kok bisa? kak Rendi nembak aku?’
      “nembaknya pake peluru cinta itik,,,” kak Rendi mencubit pipi sofi gemas.
      “kata-katanya copas tuh kak Rendi… korban sinetron yah.” goda sofi, masii nylemor. Takut ke-GR an. ‘mampus. Kalo kak Rendi nembak beneran aku mesti jawab apa?’
      “Sofi aku serius.”
      “aku tau ga semudah itu buat kamu buat lupain Izal. aku bisa ngerti perasaan kamu ke dia. aku sayang sama kamu sof. Aku ga tega liat kamu sedih gara-gara Izal. aku ga mempermasalahkan perasaan kamu ke Izal sekarang. aku akan sembuhin luka kamu. aku akan bantu kamu lupain dia. aku ga mau kamu teru-terusan tersakiti sama dia. karena disaat kamu sakit. aku juga sakit.”

      “gue emang punya dendam sama lo, dan gue jadiin sofi sebagai alat bales dendam, tapi gue ga akan sejahat itu sama dia.” lanjut rendi
      “apa? lo jadiin sofi alat bales dendam?” izal mengernyit.
      “lo harus ngrasain apa yang gue rasain. Lo harus tau gimana sakitnya kehialangan cewe yang lo sayang. dan gue berhasil. Gue berhasil nyakitin lo dengan manfaatin sofi…”
      BUGH. Sebuah tinju mendarat di hidung mancung kak rendi.
      “Bajingan lo kak. Brengsek.!!”

      Aku membuka mataku. Mengusir semua mimpi masa laluku. Masa lalu yang indah, tapi kejam. aku menggelengkan kepalaku. Pusing banget rasanya. Pipiku juga terasa perih. Aku meraba pipi kiriku, ada plester yang membalutnya. Ini kenapa?
      Tunggu, seingetku tadi aku ada di pantai, sama izal, trus ada gading, jangan-jangan luka ini gara-gara dia. trus kamar ini,, jangan-jangan aku di sekap.
      “mamaaaaa!!! Mamaaaaa… papaaaa…!!” teriakku spontan, dan langsung bangkit dari tempat tidurku dan berjalan ke arah pintu.
      “sofi?? ada apa??” tanya mama yang baru saja membuka pintu dan memandangku heran.
      “mama,,,?” aku mengernyit melihat mama. tapi perasaanku lega. Aku berlari mendekati mama dan langsung memeluknya.
      “mama,, sofi takut. Tadi kirain sofi di sekap sama gading.”
      “engga. Kamu tenang aja. teman kamu yang jahat itu udah di bawa sama polisi.” Kata mama sambil mengelus rambutku.
      “beneran ma?”

***

      “untung gue on time datengnya, telat dikit aja ade gue bisa gawat. Lo brilliant men!” theoo menepuk bahu rendi lalu merebahkan dirinya diatas tempat tidur.
      “lo datengnya lama. Gue sampe kewalahan ngatasin izal sambil ngulur-ngulur waktunya bajingan bego itu. kemana aja sih lo?” kak rendi menatap theoo dari cermin. Lalu mengompres sudut bibir dan pipinya yang memar dengan air dingin.
      “gue masih mikir, tadinya malah mo gue matiin, abis gue hallo-hallo lo ga ngomong-ngomong, waktu denger ribut-ribut, gue baru sadar kalo ada yang ga beres, langsung aja deh gue ngambil tongkat baseball trus jalan ke pantai, gue denger ada suara angin, jadi yakin kalo lo disana.” Jelas theoo.
      Rendi memelintir tangan Izal dan menguncinya di belakang tubuhnya. Diam-diam, tanpa sepengetahuan gading, rendi merogoh saku celananya. Mengeluarkan hp nya dan memasukan nomor kontak tanpa melihat keypadnya, matanya tetap mengawasi Gading, sementara tangan kanannya siap masih memelintir lengan izal. Rendi memanggil nomor yang baru saja dimasukannya, karena dia berdiri di belakang Izal, jadi sangat mudah menyembunyikan tangan kirinya yang memegang hp karena tertutup badan Izal. Theoo. Rendi baru saja memasukkan nomor theoo dan menelfonnya. Rendi memang tak bisa bicara pada theoo, tapi dengan membiarkan panggilannya tetap konek, theoo akan mendengar keributan yang terjadi disini. semoga saja.
      Izal yang tak sengaja lewat di depan kamar theoo mendengar semua pembicaraan theoo dan kakaknya. Ternyata tadi rendi hanya pura-pura. Dan kalo ga salah denger, tadi gading bilang dia yang jatuhin pot itu, berarti rendi emang ga salah dala hal ini. tapi, kalo bukan rendi yang lakuin, kenapa gelang itu ada di TKP?
      Izal menempelkan telinganya di pintu kamar theoo, mencoba mendengarkan lebih banyak lagi.
      “…kirain lo mo nyari gelang lo lagi. kenapa lo bisa ada di pantai?” tanya theoo heran.
      “eng,,, iya… gelang gue udah ketemu. Izal yang nemuin gelang itu di taman belakang, kayaknya jatuh waktu pesta BBQ disana. Gue mau minta gelang itu ke Izal, karena di dalem ga ada, gue cari di pantai, eh, ternyataada Gading.” Jelas rendi sedikit berbohong. Lalu berbaring disisi theoo.
      Jadi… kak rendi emang ga salah? Dia ga tau apa-apa?

***

      “rendi… rendi bangun…”
      Rendi mengernyit mendengar suara lembut yang memanggil namanya. Tangan halus membelai pipinya. Rendi membuka mata, dan melihat sosok cewe cantik berambut pendek sebahu, dengan lengsung pipit menghiasi senyum indahnya yang menyejukkan hati.
      “resti?” rendi yang terkejut langsung terbangun dari pangkuan Resti. Rendi memandang sekeliling. Dia duduk di sebuah gazebo putih, dengan tirai tipis serba putih yang menjuntai di sisi sisinya, dan bunga bunga melati yang terpilin di setiap tiangnya.
      Rendi menatap cewe yang duduk di sampingnya. Cewe itu memakai gaun putih selutut dengan mahkota yang terbuat dari anyaman bunga melati di rambutnya. Dia Resti. Kekasihnya yang sudah lama pergi, Kini ada dihadapannya. Dia tidak berubah. tetap cantik seperti dulu.
      “hai rendi…” sapa resti lembut.
      “Resti? Kamu beneran resti?” tanya rendi. resti mengangguk.
      “kenapa kamu ada disini? kita ada dimana?” tanya rendi lagi sambil menatap sekeliling, disini seperti berada di ruangan yang tidak berujung. tak jelas dimana dinding dan atapnya.
      “ini tempatku Rendi…” jelas Resti.
      “aku seneng banget bisa ketemu kamu lagi. aku kangen sama kamu” rendi memeluk Resti. Resti tersenyum dan balas memeluknya.
      “iya… aku juga seneng bisa ketemu kamu.”
      Rendi melepaskan pelukannya. Dia mengernyit melihat Resti yang berubah murung.
      “loh, tadi katanya seneng, kenapa sekarang kamu sedih begitu?” rendi heran.
      “aku sedih liat kamu yang sekarang rendi…” jawab resti lirih.
      “aku yang sekarang?” rendi tak mengerti. resti mengangguk.
      “kenapa rendi? kenapa sekarang kamu jadi jahat?”
      “eh,? aku jahat?”
      “kenapa kamu nyakitin orang lain? kamu ga seperti rendi yang ku kenal. Rendi yang ku kenal adalah rendi yang ceria. Rendi yang baik. tapi, sekarang kamu berubah. kamu rendi yang jahat dan penuh dendam.” Jelas resti yang bertambah murung.
      “maafin aku resti. Aku Cuma ngerasa ini ga adil. Aku ga rela kamu pergi. Aku pengen…”
      “bales dendam?” resti memotong kalimat rendi. “kenapa harus seperti itu rendi? kamu harus terima semuanya. ini semua udah takdir-Nya. Lagian, aku bahagia kok ada disini. kadang aku emang kesepian karena kamu ga ada disini. tapi aku yakin suatu saat nanti kita bakalan ketemu lagi. aku tunggu dan jaga kamu dari sini. Dan kamu tau, aku kecewa liat kamu begini.”
      “maaf…” gumam rendi lirih.
      “rendi,, aku akan lebih bahagia kalo kamu ikhlasin aku pergi. Hiduplah bersama orang yang kamu cintai. Berbahagialah kamu bersamanya. Meskipun aku ga bisa temenin kamu lagi, tapi aku akan slalu ada disini…” resti menyentuh dada Rendi. rendi menggenggam tangannya. “kalo kamu bahagia, aku juga ikut bahagia. Percaya deh sama aku.” resti tersenyum.
      “um,,, Resti, sebenernya aku…”

To be Continue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar